Sunday, December 1, 2013

LETUPAN MENYENANGKAN DI HARI KELAS

Hari kelas selalu menjadi misteri. Entah apa yg akan terjadi pada hari ini biasanya tidak bisa diduga. Sekalipun kami pembimbing belajar "mental image", tetap saja ada hal tak terduga muncul. Namun sebenarnya "kejutan" itu justru membuat hari kelas menjadi menarik. Suasana hati tidak datar-datar saja. Life is never flat kan? :-)

Sekian lama menjadi pembimbing, serasa menjadi ibu kedua bagi anak-anak di kelas. Herannya, anak-anak yang paling sering bertingkah "menguji kesabaran dan akal" justru menjadi sosok yang paling sering dikangeni. Mereka lah yg sering membuat letupan-letupan di hari kelas. Kadang dengan tingkah menjengkelkan, mereka memaksa aku berpikir siasat untuk meredamnya. Namun di hari kelas berikutnya bisa bertingkah lucu dan inovatif. Anak-anak ini adalah anak-anak yang cerdas, aku sadar itu, tapi butuh diarahkan saja.

Sekarang, tiap mulai hari kelas, aku akan menantikan letupan polah anak-anak. Ngambek, nangis, berebutan stiker...sampai hal-hal unik seperti  waktu yang lalu ada yg membawa lampu belajar sendiri di kelas saat listrik mati.

Letupan-letupan memberi kejutan sekaligus pelajaran bagiku. Letupan bagaimanapun adalah hal yang menyenangkan, karena membuatku semakin pintar :-)

Baca Selengkapnya....

Thursday, November 28, 2013

E L A S T I S

Bungee Jumping  merupakan permaian yang cukup polpuler saat ini.  Banyak tempat wisata yang menyediakan fasilitas untuk permainan yang menantang keberanian ini.  Pemain melompat dari ketinggian tertentu (bisa sampai beberapa ratus meter) dengan kaki diikat pada salah satu ujung seutas tali, sedangkan ujung tali lainnya terikat di titik lompatan. Kunci permainan ini adalah pada daya elastisitas tali yang dibuat dari bahan semacam karet, berfungsi bukan hanya untuk menahan si pemain agar tidak jatuh, melainkan juga untuk melambungkannya kembali ke atas.

Manusia sebenarnya memiliki daya elastisitas yang terlihat saat kita mengalami keterpurukan. Orang yang mempunyai daya elastisitas yang baik tidak akan mudah patah serta siap menghadapi kesulitan, sedangkan orang dengan daya elastisitas rendah akan tampak lebih rapuh, rentan, dan mudah patah kala menghadapi masalah.

Kemampuan elastis bisa dilatih. Di Kumon anak-anak dilatih untuk tekun dan tidak mudah menyerah dengan kesulitan. Baik dalam hal disiplin, kebiasaan belajar yang baik, menyelesaikan latihan sampai mahir dan mempelajari materi baru secara mandiri.  Kumon bukan sekedar memberikan latihan Matematika dan Bahasa Inggris, namun menumbuhkan daya elastisitas anak-anak untuk tidak mudah patah saat menghadapi persoalan.  Dengan porsi latihan yang tepat bagi masing-masing anak, akan terbentuk kemampuan akademik yang kuat dan sikap tidak mudah menyerah serta memiliki kemampuan berpikir kreatif untuk sebuah solusi.

Anak-anak adalah masa depan bangsa dan negara kita. Sebagai orangtua, kita diberi anugerah Tuhan untuk mempersiapkan mereka menghadapi masa depannya. Siapkan anak-anak dengan ketangguhan agar mereka menjadi pilar bangsa yang kuat.

Baca Selengkapnya....

APA RAHASIANYA ?



Apa rahasianya orang belajar berenang? Bagaimana mungkin dengan berat badan yang tidak ringan, seseorang bisa mengapung di air, bahkan bergerak maju dengan pelbagai gaya? 
Satu prinsip awal belajar berenang adalah belajar “percaya” pada air. Jika kita “menyerah” pada air, tubuh kita akan mengapung. Sebaliknya , jika kita mengencangkan otot-otot sampai kaku, kita malah tenggelam.

Belajar berenang biasanya juga akan dimulai dengan gerakan-gerakan mendasar seperti posisi tubuh di permukaan air, gerakan kaki yang lurus dan pengaturan nafas yang baik.  Tidak heran bila kita melihat pemula berlatih  bolak-balik di kolam dengan gerakan yang itu-itu saja. Tampak membosankan. Tetapi pelatih yang baik biasanya tahu dengan betul apa yang diperhatikannya dan bisa memberikan arahan bagi perenang untuk bisa berenang dengan lebih baik lagi. Bila gerakan dasar ini telah kuat, kita bisa melihat perkembangan renang akan lebih mudah dan cepat.  Perenang akan belajar teknik berenang dan bahkan taktik gerakan agar catatan waktunya lebih bagus.

Hampir sama dengan belajar berenang, di Kumon anak-anak belajar di level dasar (sampai penjumlahan dan pengurangan) berulang-ulang sampai cukup mahir. Terkadang seperti tidak ada kemajuan, bolak-balik seperti  perenang pemula. Namun pembimbing dan asisten sebenarnya tahu betul apa yang sedang dibentuk melalui pengulangan tersebut.  Bila sudah mencapai level pengembangan, kemajuannya lebih terasa. Seorang anak yang belum kuat dalam penjumlahan dan pengurangan akan selalu kesulitan ketika berlatih perkalian dan pembagian.  Bila perkalian dan pembagian sulit, akan lebih sulit lagi mengerjakan soal-soal pecahan. Jadi bisa saja pembentukan kemampuan dasar membutuhkanwaktu lebih lama daripada level selanjutnya, karena dengan kemahiran di tingkat dasar akan memudahkan anak-anak belajar di materi yang lebih rumit.

Jadi, apa rahasia belajar di Kumon?  Tetap lakukan dengan sungguh-sungguh dan percaya bahwa latihan ini untuk kebaikan. Dan tetaplah senang.

Baca Selengkapnya....

"IMUNISASI"

Ingatkah kita saat anak-anak masih kecil? Hampir tiap bulan ada jadwal ke dokter untuk imunisasi. Umumnya imunisasi bisa diberikan saat anak dalam kondisi sehat dan reaksi setelahnya adalah demam. Tidak menyenangkan ya!? Anak lagi lucu-lucunya harus disuntik dan esoknya demam untuk beberapa hari :(

Imunisasi adalah cara pencegahan penyakit dengan memasukkan virus ke dalam tubuh agar terjadi proses pembentukan kekebalan. Tanpa tantangan tersebut, tubuh anak justru akan rentan terhadap virus. Jadi, hal ini memang perlu dilakukan agar tubuh punya "tentara" yang tangguh saat serangan penyakit datang.

Hampir sama yang terjadi ketika anak-anak diberikan tantangan menghadapi kesulitan di kelas Kumon. Ketangguhannya dilatih agar kuat. Kesulitan tidak hanya materi pelajaran, namun juga berkaitan dengan sikap belajar. Porsi setiap "tantangan" berbeda pada tiap anak. Sangat disesuaikan dengan tahap yang sudah dikuasainya, sehingga proses latihan lebih efektif.

Anak-anak perlu belajar memecahkan masalah, perlu berlatih mengalahkan kesulitan, apalagi mengalahlan rasa bosan...karena kita sebagai orangtua tahu bahwa mereka kelak harus mandiri menghadapi masa depannya.

Jadi, tetap bersemangat menjadi motivator anak-anak untuk terus maju dan setia mendampingi mereka ketika melewati kesulitan.
 Never give up, Mom ! :)

Baca Selengkapnya....

Monday, April 15, 2013

BELAJAR DARI CONTOH SOAL

Salah satu permainan yang disukai anak-anak adalah merakit mainan pesawat. Saat membuka kotak mainan baru sebenarnya yang tampak pertama adalah buku petunjuk,  tetapi biasanya anak-anak mengabaikannya.  Pikir  mereka, tidak perlu mengikuti buku petunjuk, mereka sudah tahu pasti bagaimana merakit bagian demi bagian dari mainan tersebut.  Namun ketika telah merekatkan beberapa bagian dengan lem, baru disadari bahwa ada bagian kecil yang terlewatkan, misalnya lupa menaruh pilot di ruang kokpitnya.

Di Kumon, siswa dibimbing untuk belajar melalui contoh soal. Tetapi terkadang anak-anak mengabaikannya dan langsung mengerjakan latihan tanpa membaca dan memahami contoh soal terlebih dahulu, sampai kemudian menyadari bahwa ada yang tidak dipahaminya pada langkah hitungannya. Saat itu biasanya mereka akan datang pada pembimbing atau asisten untuk bertanya.  Bila itu terjadi, kami akan bertanya apakah ia sudah membaca contoh soalnya?  Kemudian membimbingnya melalui contoh soal,  supaya siswa mengerti dengan sendiri penyelesaian untuk soal yang ditanyakannya.  Langkah ini menjadi hal penting di Kumon, karena melatih anak-anak menemukan solusi dengan menelaah soalnya. Dengan bimbingan seperti ini, diharapkan anak-anak mempunyai kemampuan belajar mandiri.

Setiap langkah, urutan bahan pelajaran di Kumon disusun sedemikian rupa sehingga kita tidak melewatkan hal-hal yang terlihat sepele yang berdampak tidak baik di level selanjutnya. Berawal dari sikap belajar, cara memegang pensil,kebiasaan belajar setiap hari, sampai kemampuan berhitung yang kuat yang semuanya akan membuat mereka tidak kesulitan saat belajar matematika tingkat lanjut. Sesederhana membaca buku petunjuk saat merakit mainan pesawat, begitulah anak-anak disiapkan menghadapi masa depannya.  Jadi, jangan lupa baca petunjuknya ya !?

Baca Selengkapnya....

Wednesday, March 13, 2013

TEKAD YANG KUAT

Oscar Pistorius, seorang atlet tunadaksa pertama yang berkiprah di Olimpiade. Sejak 2007 ia sudah berniat untuk berlomba di Olimpiade Bejing 2008, namun gagal.  Pada 2011, ia mencatat waktu 45,07 detik untuk lari 400 meter.  Ia pun memperoleh tiket untuk mengikuti Kejuaraan Dunia 2011 dan Olimpiade 2012. Pada 4 Agustus 2012, Oscar, yang kedua kakinya diamputasi, menjadi atlet pertama yang mengenakan kaki palsu dalam pertandingan Olimpiade.  Ia disebut orang Blade Runner  karena kaki palsunya berbentuk bilah melengkung.
Di kelas Kumon anak-anak belajar juga dengan tujuan besar, mencapai level di atas tingkatan kelas.  Salah satu siswa, Khesya, kelas 1 SD, saat ini sudah belajar penjumlahan pecahan (level E).  Tekad  kuat membuatnya bertahan  ketika melewati kesulitan. Pernah satu kali saat mengerjakan perkalian susun di level  C, Khesya membutuhkan waktu hampir 1 jam untuk 5 lembar. Karena program hari itu 10 lembar, ia tetap berusaha menyelesaikan 5 lembar berikutnya, walaupun sudah ditawarkan lembar kerja hari itu dikurangi saja. Saya tahu hal tersebut melelahkannya, tapi melihat semangatnya, hari itu saya mendampinginya sampai selesai. Khesya punya tekad kuat menyelesaikan tugasnya. Kita tidak bisa menduga ternyata ia mempunyai kekuatan besar yang muncul karena tekadnya itu. Saat memberikan materi baru sebagai PR kadang kami kuatir Khesya kesulitan di rumah dan kemudian menjadi tidak semangat.  Ternyata, menurut ibunya, justru Khesya selalu senang dan bangga saat PRnya sesuatu yang baru. Tantangan justru membakar semangatnya ! Siapa sangka, tekad kuat itu hadir pada seorang anak di usia sangat belia.
Seseorang yang bertekad besar untuk mencapai tujuan yang baik sebenarnya sudah meraih separuh kemenangannya. Jangan remehkan tekad dan semangat anak-anak untuk bisa mencapai level lebih tinggi lagi di Kumon…every student beyond grade level ! Ayo, kita mendukungnya…

Baca Selengkapnya....

Tuesday, February 12, 2013

"AKU BISA !"

Pernah dalam sebuah lomba renang saya menemui anak saya menangis karena gagal. Sebenarnya gagal dalam sebuah perlombaan bukan hal yang baru baginya, karena  mental sportifitasnya sudah terasah dengan baik. Namun kali itu ia menangis karena gagal melakukan yang terbaik.  Mengapa? Sebenanrya lomba itu bukan untuk perenang, tetapi penyelam. Dia gagal karena tidak bisa berenang dengan menggunakan snorkel.  Persiapannya tidak cukup dan ternyata peserta wajib menggunakannya.

Secara enteng, saya berkomentar,”Apa susahnya pakai snorkel, kan lebih enak, tidak perlu ambil nafas.” Namun setelah melihat bagaiamana yang seharusnya, barulah saya memahami kesulitannya. Anak-anak ini akan memakai snorkel-nya di atas saat start. Kemudian begitu mulai mereka melompat ke air secara otomatis pipa snorkel akan ikut terendam. Begitu mereka naik di permukaan, air di dalam pipa tersebut harus mereka semburkan terlebih dahulu supaya pipa kosong dan perenang atau tepatnya penyelam bisa leluasa berenang dengan bernafas melalui mulutnya. Itu satu kesulitan yang tak terbayangkan bagi saya yang sekedar “penonton” dan “komentator” di pinggir kolam.

Hal ini cukup menyentak diri saya, teringat bagaimana kita sebagai orangtua terkadang bersikap salah terhadap kesulitan belajar anak-anak. Di kelas Kumon, terkadang kita temui anak-anak yang kesulitan di level dasar yang mungkin bagi orang dewasa sesuatu yang sepele. Kita tidak bisa memahami kesulitannya, karena tidak berdiri pada posisi mereka. Begitu mudah bagi kita berkomentar ,”Apa susahnya?!”.  Dan sikap ini justru menjadikan mereka tidak termotivasi untuk mau berusaha lebih baik lagi.

Empati bisa timbul secara tulus, bila kita mau berdiri di tempat yang sama dengan anak-anak dan mengerti betul rasa sulitnya. Dengan demikian, kita dapat membantu mereka melewati kesuitannya. Pendampingan seperti ini akan jauh lebih berarti dibandingkan dengan sekedar komentar yang penuh kritikan.

Di kelas Kumon, pernah seorang siswa mengatakan, “Ibu, yang ini susah,” ketika ia mengerjakan hitungan pengurangan di level A. Saya tidak segera mengatakan bahwa sebenarnya itu mudah, tetapi hanya menjawab,”Oke, sekarang kerjakan saja soal yang menurutmu mudah. Begitu susah, nanti Ibu temani.” Ajaibnya, sampai selesai ia tidak menemui saya. Waktu akan pulang saya bertanya padanya,”Lho, mana tadi yang susah?” Dengan senyum siswa tersebut memnjawab,”Ternyata aku bisa.”

Saya yakin, sebenarnya siswa ini mampu menyelesaikan hitungan tersebut dengan baik. Namun ia merasa tenang ketika  saya sudah berjanji akan memenemaninya bila ia kesuitan. Rasa tenang ini membuatnya justru bisa melewatinya sendiri. Dan tentu saja hal ini memberikan sense of achievement baginya. Pelajaran berharga tentu saja. Saya ingin semua anak bisa mengalami dan merasakan kepuasan ini, rasa “aku bisa!”.

Baca Selengkapnya....
Kumon Candraloka on Facebook

discuss with student

discuss with student

Class of Kumon Candraloka

Class of Kumon Candraloka