Thursday, January 29, 2009

Mencapai Puncak

Dua orang pemuda mendaki gunung untuk melihat matahari terbit. Dua jam berlalu, selama waktu itu mestinya mereka sudah tiba di pucak. Namun, mereka baru menempuh setengah jalan, karena kerap berhenti kelelahan. Tiap kali beristirahat, mereka melihat pemandangan indah di bawah. Godaan di hati acap kali muncul :”Buat apa naik lagi? Di sini saja pemandangannya sudah indah!” Setelah tiba di puncak, barulah mereka menyadari betapa mereka rugi apabila berhenti mendaki. Pemandangan di puncak ternyata jauh lebih indah daripada di tempat-tempat perhentian.
Perjalanan belajar di Kumon ibarat pendakian menuju
puncak. Di pertengahan jalan terkadang timbul rasa lelah, bosan dan sulit. Godaan terbesar yang seringkali muncul adalah rasa telah cukup lama berjuang dan hasilnya sudah tampak, buat apa berjuang lagi? Akhirnya kita berhenti. Sama seperti pendaki yang tergoda untuk berhenti karena pemandangannya sudah terlihat indah.
Puncak dari belajar di Kumon adalah untuk menjadi completer. Lulus Kumon sampai akhir. Sebelum mencapai puncak, saat timbul rasa penat, tentu godaan untuk menyerah akan timbul. Titik jenuh awal biasanya hanya karena kebiasaan belajar belum terbentuk dengan baik. Ini masih sangat awal, hasil belum terlihat dengan jelas. Jangan menyerah hanya karena rasa malas. Kebiasaan belajar perlu sekali dibentuk di awal masa belajar. Godaan berhenti muncul dikala siswa mulai belajar di atas tingkatan kelas. Justru ini awal siswa belajar mandiri. Biasanya akan mengalami sedikit kesulitan karena materi pelajaran baru mulai dikenalkan dan siswa dilatih untuk belajar dari contoh soal. Kemampuan siswa umumnya sudah baik, kelancaran belajar pun sudah terbentuk. Hasil belajar sudah terlihat. Tapi ini belum seberapa. Hasil terbaik masih harus diraih. Harus terus maju. Kesulitan tidak untuk ditinggal dengan sikap menyerah, harus dikalahkan. Kelak ini menjadi bekal siswa menjadi pribadi yang kuat dan tekun. Bila siswa berhasil mencapai puncak, mereka akan menyadari betapa jauh lebih indah pemandangannya. Jauh lebih banyak manfaat dan rasa puas berhasil mengalahkan kesulitan. Ini menjadikan keyakinan mereka bahwa dalam hal apapun mereka tidak akan mudah menyerah. Akan ada yang jauh lebih indah saat mencapai puncak.
Di sepanjang perjalanan belajar di Kumon, ada saat-saat penuh godaan untuk berhenti. Tetapi untuk mencapai hasil yang terbaik, jangan pernah kalah dan menyerah. Capai garis akhir, menjadi completer, dan rasakan betapa indahnya bisa mencapai puncak.

Baca Selengkapnya....

Sunday, January 4, 2009

Pendidikan Anak Usia Dini


Usia di bawah lima tahun (balita) merupakan usia yang paling menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seseorang. Termasuk juga pengembangan intelegensi, yang hampir seluruhnya terjadi pada usia balita. Bila seseorang sudah terlanjur mempunyai karakter yang buruk pada usia dewasa, akan susah sekali untuk berubah. Sebagaimana halnya sebatang pohon bambu, setelah tua susah dibengkokkan.
Anak-anak usia balita memiliki intelegensi laten yang luar biasa. Namum pada umumnya kita sebagai orang tua dan guru hanya mengajarkan sedikit hal. Sesungguhnya anak-anak usia dini belajar dengan cara yang sederhana. Rasa ingin tahu yang luar biasa dan kemampuan menyerap informasi sangat tinggi. Sehingga semakin banyak input yang diberikan, akan semakin banyak kesempatan otaknya untuk mengolahnya, sehingga semakin besar pula outputnya. Ini artinya otak mepunyai lebih banyak kesempatan untuk berlatih sehingga kecerdasannya pun akan jauh lebih berkembang.
Ketika baru lahir, berat otak bayi memang hanya 25% dari berat otak orang dewasa. Tetapi dalam jangka waktu dua bulan, jumlah sel otak bayi sudah sama dengan jumlah sel otak orang dewasa, walaupun beratnya belum menyamai berat otak oeang dewasa. Mengapa bisa demikian?
Sebelum dilahirkan,250.000 sel otak tumbuh setiap menitnya melalui proses pembelahan sel (mitosis). Sehingga ketika lahir, setidaknya di otak bayi sudah ada 100 miliar sel otak. Padahal setiap sel otak mempunyai potensi menjadi “alat” pemroses informasi. Sehingga bisa dibayangkan bagaimana dahsyatnya potensi otak anak. Jumlah sel ini tidak lagi bertambah ketika bayi berusia dua bulan.
Sel-sel otak tersebut semakin membesar, semakin “gemuk” dan mulai membagi diri berdasarkan fungsi dan posisinya. Hasilnya pada usia 3 – 4 tahun berat otak anak telah mencapai 75% berat otak orang dewasa. Di tahun kelima, berat otak anak sudah mencapai 90% berat otak orang dewasa. Proses penggemukan ini berlangsung hingga anak berusia 12 tahun. Pada usia ini, berat otak anak sudah sama dengan berat otak orang dewasa.
Masalahnya adalah sel-sel otak itu tidak akan berarti apa-apa apabila serabut yang menghubungkan antar sel otak tidak terhubung dengan sel otak yang lain, apabila tidak diaktifkan. Inilah yang terjadi pada sel otak anak. Jumlah serabut sel otaknya belum sebanyak pada orang dewasa. Untuk memacu pertumbuhannya,diperlukan stimulus yang berupa rangsangan melalui organ-organ sensorik, melalui pancaindera.
Semakin banyak latihan yang diberikan pada otak anak membuat serabut yang menghubungkan antara sel otak menjadi lebih tebal dan kuat. Sehingga proses pengolahan input akan semakin cepat karena adanya hubungan antar sel otak tersebut. Kita melihatnya sebagi anak yang cepat memahami informasi. Hubungan antar sel otak yang kuat akan membentuk daya ingat yang kuat, tidak mudah lupa. Latihan dengan pengulangan yang cukup, seperti yang dilakukan di Kumon, akan membentuk daya ingat yang kuat. Jadi proses pengulangan adalah hal penting dalam proses belajar anak usia dini.
Oleh karena itu pendidikan sejak usia dini tidak boleh dianggap sepele dan diabaikan. Pendidikan yang menanamkan nilai-nilai luhur kemanusiaan (pengembangan intelegensi/kecerdasan, karakter, kreativitas, moral dan kasih sayang universal) sangatlah perlu diberikan pada anak-anak sejak usia muda. Fasilitas terbaik seharusnya diberikan pada lembaga pendidikan kanak-kanak. Dedikasi guru dan dukungan penuh dari orang tua akan menjamin keberhasilan pendidikan anak-anak.
Akankah kita menyia-nyiakan potensi anak usia dini yang sangat luar biasa ini? Tentu saja tidak.

by: Alpharia Rynant

Baca Selengkapnya....

Learning English Enhances Our Ability to Communicate with People around the World


Today, there are 60 countries in the world that used English as their official language. If you add all of the other people who use English even though it is not their official language, somewhere between one-quarter to one-third of world’s population uses English on daily basis. Also, more than 80 percent of the information found on the internet is English. As such, it is not an excessive to say that, as a means of communication, English is the common language of the world.
With the wide uses of the Internet and e-mail, the ability to read and write English is becoming even more crucial. We need the ability to read and write fluently, so that we can quickly read a large amount of English materials and send out our own ideas and opinions expressed in English. If we developed children’s listening and comprehension ability from a young age, they will benefit greatly later on whenever they find themselves in situation where English is needed. Indeed, the optimal time for English comprehension is when they are still young children.
Many people have still failed to develop their ability in English. It is important to enable children to first enjoy studying language before they can develop a positive attitude towards studying learning English and desire to communicate with people of the world. And, to enjoy learning English, they must have confidence in themselves. To develop this confidence, children need to be immersed in an environment where they can amass the experience of “I can understand! I can read! I can write!” This can be achieved by letting them learn through a method that emphasizes the development of reading, writing and listening abilities. Learning in this way, at their own pace, they will personally experience their progress on a daily basis with a feeling of “I can understand! I can read! I can write!” As the globalization of our society accelerates, people with English ability can play active roles throughout the world. English ability indeed brings us much wider choices in our lives.

(From : “Life Skills” – Education Builds the Future)

Baca Selengkapnya....
Kumon Candraloka on Facebook

discuss with student

discuss with student

Class of Kumon Candraloka

Class of Kumon Candraloka