Thursday, November 20, 2008

Poetry

Chicken pox

Was I hot? Was I cold?
The room seemed to spin.
I hopped out of bed, but I soon hopped back in.

I had spots on my chest, I had spots on my chin.
What were those spots that I had on my skin?

“Chicken pox rash,” Dad said, “so don’t scratch it.”
I had not met a chicken, so how could I catch it?

The doc came to look at my spots and said,
“Um! A batch on your back and a patch on your tum.”

“Just rest there in bed. Oh, and drink lots and lots.
They may prick, they may itch, but do not scratch those spots!”

Did I scratch at that rash when I had chicken pox?
I couldn’t ; my dad put my hands in old socks!

(From : Oxford Reading Tree)

Baca Selengkapnya....

Anak Suka Membangkang

Setiap anak pada dasarnya menunjukkan perilaku membangkang pada masa tumbuh kembangnya. Tetapi perilaku ini diwujudkan melalui ekspresi yang berbeda-beda. Sebenarnya sikap membangkang merupakan proses bagi anak untuk belajar bernegosiasi dengan tugasnya. Dengan pola pengasuhan yang tepat dan sesuai pada masa ini, anak akan belajar untuk menyeimbangkan antara keinginannya diri sendiri (egosentris) dan aturan-aturan yang ada di lingkungannya. Biasanya akan terjadi konflik kepentingan dalam masa ini. Orang tua perlu membimbing anak dengan menerapkan disiplin. Juga sikap konsekuen dan konsisten dengan aturan yang ada. Anak dengan pengasuhan secara lebih permisif, di mana orang tua lebih banyak menuruti atau mengalah kepada kehendak anak, pembangkangan cenderung kurang menonjol. Tetapi ini juga berdampak anak tidak mempunyai pengalaman untuk bernegosiasi dengan krisis. Sebaliknya bila orang tua terlalu banyak melarang atau bahkan melecehkan kemampuan anaknya, bisa terjadi anak menjadi tidak percaya bahwa ia mampu melakukan tugas-tugasnya secara mandiri.
Masa anak membangkang merupakan ujian kesabaran bagi orangtua. Sebaiknya kita sebagai orangtua bisa bersikap tegas tetapi tetap dengan kasih sayang yang tulus. Anak-anak pun akan belajar memahami bahwa orang tuanya tetap mencintainya tanpa syarat. Berikan dorongan dan dukungan anak agar lebih mandiri dan mampu mengendalikan keinginannya. Bila mereka berhasil, mereka akan merasa bangga.
Sisi positif anak membangkang, kita bisa tahu gagasan anak dan keinginanya untuk mewujudkan gagasan tersebut. Dalam proses belajar di Kumon, terkadang anak ingin bisa mengatur sendiri irama belajarnya. Bila kita memberikan target yang jelas dan tegas, sebetulnya kita bisa memberikan keleluasaan bagi anak mengatur waktu belajarnya. Proses trial dan error bisa saja terjadi. Tetapi ini proses pembelajaran juga. Sehingga di kemudian hari anak akan mampu mengatur waktunya dengan lebih baik lagi. Tetaplah jadi pengawas yang penuh kasih sayang bagi tumbuh kembang mereka melampaui semua proses pembelajaran hidup setapak demi setapak. Dan jangan pernah menyerah.

Baca Selengkapnya....

KUMON ENGLISH

The Kumon English materials are structured to foster reading comprehension. The ability to read is reflected in the ability to read out loud. It is not overstatement to say that we can judge students’ reading comprehension from how well they read orally. By improving students oral reading ability, it can contribute to their reading comprehensions skills at the same time.
The purpose of oral reading is for students to develop their confidence and interest in learning. Students have a chance to show what they learned. It is an opportunity to praise them for they hard work. This boots their motivation.
In the centre, students reinforce what they study by reading out loud in front of the instructor and listening to the CDs. By hearing the materials twice – through their own voice and from the CDs – students will strengthen and enhance their mastery of the material.
If a student has really mastered the material, he or she should be able to smoothly read the material out loud. Students who understand the material and are comfortable with it should be able to read fluently and with good expression. This is especially true in higher level; students studying the right level will read smoothly, expressively and will know such things as which places of text to emphasize and where to pause.

Baca Selengkapnya....

Sunday, October 26, 2008

Semangat Belajar Menurun

Setelah libur Lebaran yang agak panjang, tampaknya masalah semangat belajar yang menurun menjadi masalah bagi kita. Masa liburan membuat kebiasaan belajar agak sedikit berubah. Sebetulnya hal ini juga merupakan latihan untuk memiliki kemampuan mengatasi perubahan. Pengalaman mengatasi “semangat belajar menurun” dengan kemampuan sendiri akan membentuk mental anak menjadi lebih kuat. Membentuk kemampuan sampai bisa seperti itu, merupakan tanggung jawab orang tua. Tidak ada penyakit “semangat belajar menurun” yang tidak dapat diatasi. Di Kumon, tentu saja orang tua dapat berdiskusi dengan pembimbing mengenai hal ini.
Banyak cara untuk menumbuhkan benih semangat pada diri anak. Coba lakukan “trial & error” sampai menemukan cara yang tepat. Bila kita mau terus berusaha, kita bisa menjadi orang tua yang luar biasa.

Baca Selengkapnya....

Thursday, October 2, 2008

“Berusaha” Sebagai Suatu “Kebiasaan”

Lebaran telah tiba, hari kemenangan setelah melaui satu bulan berpuasa. Minal aidin wal faizin, maafkan lahir dan bathin…
Setiap pagi selama bulan puasa yang lalu saya mendengarkan pengalaman puasa anak-anak di radio. Membanggakan sekaligus lucu. Kesadaran mereka menjalankan ibadah puasa tentu bagian pendidikan yang diberikan oleh orangtuanya. Yang terdengar jelas dari cerita mereka adalah rasa bangga telah berhasil menjalankan puasa.
Kita semua menyadari sepenuhnya bahwa akar dari banyak masalah adalah karena kurangnya pendidikan. Tetapi bagimana pendidikan yang baik? Yang paling penting dalam pendidkan adalah memperhatikan perubahan sekecil apapun pada diri anak setiap hari, kemudian memberikan pengakuan dan pujian yang tulus atas perubahan tersebut serta memberikan harapan kepada mereka.
Bila pada saat tersulit dimana anak merasa hampir putus asa, orangtua tetap menunjukkan perhatian dan dorongan yang tulus, apa yang akan terjadi? Anak akan berusaha, walaupun melaluinya dengan susah payah. Bagi anak, hasil dari “berusaha” adalah “pengakuan, pujian, dan harapan”. Dari hal tersebut akan tumbuh semangat berusaha yang gigih. Jika mau berusaha dengan semangat, segala rintangan pasti dapat teratasi. Rasa percaya diri dan bangga akan kemampuan diri untuk mengatasi rintangan, akan membentuk pengalaman berhasil. Bila berulang-ulang proses ini terjadi, anak akan menjadikan “berusaha” sebagai suatu “kebiasaan”
Kesadaran orangtua akan perkembangan anak sehari-hari dan tindakan nyata (menghargai, memuji dan memberikan harapan) memberikan pengaruh besar bagi pembentukan karakter anak. Sehingga anak dapat dengan percaya diri berkata,”Berusaha keras adalah hal wajar bagi saya”.

Baca Selengkapnya....

Wednesday, August 27, 2008

“Aku jadi asisten guruku…”

Luna menceritakan kejadian di sekolah yang baru dilaluinya. Siswa kelas 2 SMP Madania ini sedang belajar pemfaktoran di sekolahnya. Karena teman-teman sekelasnya tidak segera mengerti penjelasan gurunya dan Luna lancar mengerjakannya, jadi dia ditugaskan guru untuk menjelaskan kepada beberapa teman di dekatnya. “Aku jadi sibuk…,” kata Luna dengan gaya ABGnya.
Luna sudah belajar materi pemfaktoran sebelumnya di Kumon. Bukan hanya sekedar memahami, tetapi juga mengejakan banyak sekali latihan. Tidak heran ia dengan lancar menyelesaikan soal-soal yang diberikan gurunya. Saat ini kemajuannya J170, sedang belajar teorema sisa.
Salah satu manfaat belajar di Kumon adalah menabung kemampuan. Latihan yang kelihatannya sederhana dan mungkin “agak menjemukan” pada awalnya, berguna sekali untuk membentuk kemampuan dasar yang kuat. Semua itu tidak instant. Siswa bangga bahwa kemampuannya sekarang adalah hasil proses belajar dan ketekunannya berlatih.
Jadi,walaupun sekarang kegiatan dan tugas sekolah cukup banyak, Luna masih bisa bilang, ”Aku senang ke Kumon…” Ya, senangnya bisa belajar dan menjadi lebih pintar…

Baca Selengkapnya....

Parents Think

Setiap kali saya mengantar anak saya latihan berenang, saya terkagum-kagum dengan daya tahan mereka berlatih. Tubuh mungil dan usia belia tidak menjadi hambatan mereka untuk mencapai target latihan. Bayangkan, mereka bisa berenang 30 menit tanpa henti. Menurut pelatih, ini untuk melatih mereka mengalahkan rasa capai. Dalam perlombaan yang memakan waktu cukup lama, mereka akan menghadapi situasi lelah,tetapi harus tetap maksimal untuk berlomba. Nah, hal ini tentunya perlu dibiasakan.
Kebiasaan bisa menjadi kekuatan. Karena “sudah biasa”, sesuatu yang berat menjadi terasa ringan untuk dijalani. Ini juga yang terjadi dalam proses belajar. Latihan yang mungkin terlihat sepele, rutin dan agak menjemukan menumbuhkan kebiasaan belajar yang baik. Terkadang di awal masa belajar di Kumon, karena titik pangkal rendah, soal-soal yang dikerjakan anak terlihat mudah sekali. Orangtua menganggap materi pelajaran tidak menantang anak, terlalu mudah sehingga anak tidak semangat mengerjakan dan bosan. Apa betul? Level titik pangkal adalah masa anak membiasakan diri dengan cara belajar yang baik. Mereka berlatih konsentrasi, mengerjakan tugas dengan segera (tidak ditunda), belajar dengan rasa senang, melatih ketangkasan mengerjakan soal-soal yang cukup banyak dan teliti. Kesulitan materi akan sedikit demi sedikit meningkat. Jadi, kalau yang mudah saja mereka malas mengerjakan, bagaimana mereka bisa berlatih konsentrasi yang baik di materi yang sulit?Saya rasa sebagai Orangtua kita semua ingin yang terbaik bagi anak-anak kita. Bila kita tahu bahwa kebiasaan yang baik merupakan kekuatan untuk menghadapi perlombaan hidup, tentu kita setuju untuk melatihnya mulai dari sekarang.

Baca Selengkapnya....

Bagaimana Anak mampu belajar lebih efektif di rumah?

Untuk mencapai kecakapan tertentu, bukan hanya kuantitas belajar yang penting, tetapi kualitas lebih memegang peranan. Dengan cara belajar dan waktu yang tepat, seorang anak akan lebih cepat menguasai pelajarannya.
Sebenarnya setiap orang mempunyai pola berpikir dan belajar yang berbeda, namun beberapa hal ini dapat menjadi panduan untuk memaksimalkan cara belajar di rumah.

# Belajar sambil mendengarkan musik
Hampir semua anak menyukai musik. Bila anak suatu saat mengalami hambatan belajar, musik menjadi salah satu alternatif untuk membantu konsentrasnya dalam belajar. Irama lagu yang paling pas adalah lagu yang iramanya mirip detak jantung ibu. Lagu klasik Mozart, Bach, serta beberapa tembang daerah pegunungan dianggap cukup baik untuk mengiringi anak belajar.
Beberapa anak yang memiliki kecakapan auditorial, sering lebih efektif belajar bila mendengarkan apa yang dipelajarinya. Belajar di rumah lebih memungkinkan hal ini, dengan merekam pelajaran dan mendengarkannya pada saat yang tepat (biasanya menjelang tidur).

# Rangsangan belajar indera pandang (visual)
Salah satu pilihan gaya belajar ini adalah dengan “mind map”. Cara ini cukup efektif dan produktif karena mengerahkan semua ketrampilan otak kiri dan otak kanan. Caranya dengan menggambarkan topik utama di tengah kertas dan membuat cabang dan ranting untuk subtopik-subtopik berikutnya dengan menuliskan kata kunci. Penggunaan warna yang serasi dan gambar-gambar akan memaksimalkan hasil belajarnya.

#Belajar dengan mengulang
Pada umumnya untuk mendalami informasi dan kemudian menyimpan di memori jangka panjang, membutuhkan pengulangan. Anak-anak menyukai pengulangan. Cerita yang sama berulang-ulang, menyanyi lagu berulang-ulang dan sebagainya. Pengulangan yang dilakukan secara bijaksana memberi kesempatan anak untuk mempunyai memori yang hebat. Bukan hanya pada masa kanak-kanak, tetapi di sepanjang hidupnya.

#Belajar dengan mengajar
Model belajar ini sebetulnya juga bentuk pengulangan. Hampir semua orang mengalami dan mengakui, bahwa cara terbaik untuk memahami dan mendalami sesuatu adalah dengan cara mengajarkan apa yang dipelajarinya kepada orang lain. Anak-anak akan sangat bergairah bila mereka diminta untuk mengajarkan apa yang dipelajarinya di sekolah kepada orang-orang di rumah, terutama orang tuanya. Selain menarik, dengan cara ini anak-anak memperoleh pendalaman dari pengajarannya.

Baca Selengkapnya....

Sunday, August 10, 2008

Kuatkan Fondasi, Kembangkan Potensi



Baca Selengkapnya....

MENGGALI POTENSI SETIAP INDIVIDU ANAK

Di KUMON pelajaran diberikan secara perseorangan berdasarkan pemahaman bahwa setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Dengan pemberian pelajaran yang “tepat”, kemampuan setiap anak dapat berkembang secara maksimal.
KUMON menggunakan bahan pelajaran yang disusun secara “small steps” sehingga leluasa disesuaikan dengan kemampuan belajar anak. Dirancang sedemikian rupa agar dapat membentuk kemampuan dasar yang mantap dan memungkinkan anak mengerjakan level yang lebih tinggi dari tingkatan kelasnya dengan kemampuannya sendiri.

Baca Selengkapnya....

FIVE STEPS FOR JET-PLANE PROGRESS

LIMA LANGKAH "JET-PLANE PROGRESS" (FIVE STEPS FOR JET-PLANE PROGRESS):
Membekali Siswa dengan Tekad untuk Menyelesaikan Pelajaran Sampai Level Terakhir.

1. Orangtua memahami visi KUMON dan nilai-nilai Metode KUMON, siswa memahami peraturan kelas, memiliki disiplin dan termotivasi untuk belajar di kelas.
2. Melalui penerapan bimbingan dasar (titik pangkal yang rendah, mentaati Standar Waktu Penyelesaian, dan pemberian lembar kerja yang tepat) serta Feedback, siswa akan mempunyai kebiasaan belajar yang baik, kemampuan konsentrasi dan ketangkasan kerja serta keinginan agar pelajarannya dapat maju dengan lebih cepat.
3. Siswa memiliki kemampuan belajar secara mandiri, yaitu kemampuan untuk menemukan dan memperbaiki kesalahan dengan benar, kemampuan menulis jalan hitungan dengan rapi, kemampuan mengerjakan sendiri materi-materi baru melalui contoh soal dan memiliki target kemajuan belajar yang jelas.
4. Siswa mampu melakukan self-Feedback, memiliki kemampuan untuk membuat rencana belajar sendiri dan belajar sesuai dengan rencana belajar tersebut serta yakin akan kemampuannya untuk maju melampaui Level J secara mandiri
5. Siswa memiliki target dan keinginan yang kuat untuk menyelesaikan pelajaran sampai level terakhir dan mulai memiliki impian dan tujuan yang konkret bagi masa depannya.

Baca Selengkapnya....

Thursday, July 31, 2008

Free Trial at Kumon

COBA GRATIS MATEMATIKA KUMON
19 – 31 Agustus 2008

Beri kesempatan lebih banyak anak untuk merasakan belajar dengan metode Kumon. Coba Gratis Matematika Kumon dilaksanakan bulan Agustus ini serempak di semua kelas Kumon. Nikmati belajar di Kumon selama 2 minggu (4 kali pertemuan di kelas) secara Cuma-Cuma. Rasakan senangnya belajar Matematika Kumon !
Datang ke kelas Kumon sebelum tanggal 16 Agustus 2008 untuk Test Penempatan, sehingga dapat belajar Kumon secara penuh selama masa Coba Gratis.
Hubungi : Ibu Ria – Kumon Candraloka – 0251 - 8604045.


Baca Selengkapnya....

Monday, July 28, 2008

Belajar dari Atlet

Kesuksesan seorang atlet adalah pada saat meraih kemenangan dalam sebuah pertandingan. Perjuangan untuk mencapai kesuksesan sangat mirip dengan proses mencapaian kemenangan seorang atlet. Kuncinya adalah mempunyai mentalitas juara. Sikap apa yang perlu kita miliki untuk bisa mempunyai mental pemenang dan meraih kesuksesan?

Satu, GOAL. Setiap atlet mempunyai tujuan yang jelas dan biasanya mereka mempunyai target yang bertahap untuk mencapai tujuan utama. Hal ini membuat atlet giat dan berjuang keras menjadi juara. Dalam mencapai kesuksesan pun kita perlu mempunyai tujuan yang jelas. Tanpa memiliki mimpi, tujuan atau sasaran yang jelas, kita tidak pernah bisa maksimal meraih kesusesan.

Dua,KEULETAN. Apakah seorang atlet selalu menjadi juara dan tidak pernah kalah? Tentu tidak.Yang penting apakah atlet tersebut memiliki keuletan dan ketekunan yang teruji. Dalam meraih kesuksesan ada waktunya kita mengalami kegagalan,namun pastikan kita tidak menyerah dan berani bangkit untuk mencapai kesuksesan.

Tiga,SPORTIVITAS. Seorang atlet tidak hanya dituntut untuk menang, tetapi juga memiliki nilai-nilai sportivitas dan melawan segala bentuk kecurangan. Kesuksesan yang diraih tanpa nilai-nilai sportivitas biasanya tidak akan bertahan lama.

Empat,ENJOY. Rasa enjoy membuat atlet menikmati apa yang mereka lakukan, sekalipun mereka harus mengikuti serangkaian latihan yang melelahkan. Kita pun perlu menikmati apa yang kita kerjakan, sehingga kualitas hasilnya akan istimewa.

Lima,OPTIMIS. Salah satu faktor penting meraih kemenangan adalah sikap positif. Seorang atlet harus optimis bahwa ia akan keluar sebagai pemenang.Milikilah sikap optimis dalam melakukan hal apapun juga. Sikap optimis dan positif memberikan motivasi yang luar biasa untuk meraih keberhasilan.


Baca Selengkapnya....

Friday, July 25, 2008

Jurusan IPS, kerja di IT.....siapa takut?!!

Reuni KCC 2008 “TRY ME”

oleh: Alpharia Rynant
Belia, penuh semangat dan percaya diri. Begitu kesan pertama saya melihat para completer turun dari bis di Lido Lake Resort & Conference. Reuni KCC tahun ini memberi kesempatan bagi Pembimbing untuk ikut terlibat. Ini pengalaman pertama saya bertemu langsung dengan completer Kumon dalam jumlah yang cukup banyak secara bersama-sama. Wah, ternyata banyak juga. Padahal itu hanya sebagian saja.
Kami, Pembimbing dilibatkan dalam acara diskusi sebagai fasilitator. Awalnya sedikit ragu, apakah diskusinya akan menyenangkan bagi anak-anak? Secara, umur kami yang Ibu-ibu, mungkin cara pikir kita agak “jadul” bagi mereka. Tapi seperti halnya siswa-siswa di kelas-kelas Kumon selalu berani mencoba, saya pun pe-de saja. “Try me, siapa takut!?”
Setelah makan siang, acara pun dimulai. Ruang Mahoni tampak lega, tanpa meja dan kursi. Kami semua duduk “lesehan” di karpet, berkelompok. Santai sekali. Pembukaan oleh MC, dilanjutkan sambutan dari Mr.Katsumata dan Panitia Reuni KCC. Sebelum Sharing Completer, untuk bisa saling berkenalan,ada kegiatan “Ice Breaking”. Menyenangkan sekali terlibat dalam permainan “When we walk”. Saya jadi agak lupa umur…
Sharing Completer memberikan banyak inspirasi bagi kami semua. Dengan bahasa remaja, dalam talk show yang dipandu oleh Kim, para completer menceritakan perjalanan mereka sampai menjadi completer. Manfaat menjadi lulusan Kumon ternyata tidak berhenti hanya “jago Matematika”, tetapi lebih dari itu mereka menjadi pribadi yang tangguh, tahan banting, tekun dan tidak mudah menyerah. “Life Skills” yang terbukti menjadikan mereka pribadi yang berkualitas. Salah satu yang saya ingat, bagaimana Intan yang di SMA jurusan IPS, kuliah dan sekarang bekerja di bidang IT. Kok bisa ya? Belum lagi sederet prestasi mereka meraih beasiswa dan karir yang bagus dalam pekerjaan. Seperti yang disebutkan dalam sambutan Mr.Katsumata, “Completer adalah harta yang berharga”.
Diskusi sesi I dimana Pembimbing ikut serta, menjadi saat-saat yang paling seru bagi saya. Ada 9 completer di kelompok saya. Awalnya mereka terlihat diam, tetapi begitu masing-masing bercerita tentang pengalaman belajar di Kumon, beberapa kali kami tertawa geli dengan kejadian-kejadian lucu yang mereka alami. Kalau ditanya hambatan, hampir semua mengalami rasa “bosan”, “cape”, bahkan salah satu completer mengatakan “Kumon tuh les yang paling banyak menghabiskan waktu.” Walaupun begitu, mereka completer sekarang. Bagaimana melalui semua hambatan itu? Sebagian mengatakan “Tanggung, jadi cepat selesaikan saja”, sebagian lagi mengatakan “Supaya tidak ada beban lagi”, dan “Aku ingin jadi lulusan termuda di kelas Kumonku”. Mereka menyelesaikan Kumon mungkin saja dengan alasan bermacam-macam, tetapi intinya adalah rasa senang mereka bisa menyelesaikan bahan pelajaran Kumon. Dan setelah mereka menjadi completer, baru mereka menyadari betapa berharganya pengalaman belajar di Kumon. Pengalaman yang memberikan pelajaran hidup yang berarti untuk menghadapi masa depan. Waktu saya menanyakan tentang moment berkesan selama belajar di Kumon, wah…tak terduga mereka masing-masing punya cerita unik. Raisa yang belajar di Kumon berjam-jam dengan kondisi listrik padam, Raymond lulus Kumon setelah 3 kali EBTA, dan Ken yang ketahuan curang dengan waktu. Pengalaman Alex membuat kami tertawa geli, karena PR Kumonnya pernah jatuh ke got, sehingga ia harus ulang lagi. Walaupun yang diceritakan tidak selalu yang menyenangkan, mereka menceritakannnya dengan wajah senang.
Kumon di Indonesia sekarang semakin besar, semakin banyak anak yang belajar dengan Kumon. Bila siswa yang sekarang sedang belajar di Kumon melihat betapa menyenangkannya menjadi completer dan orangtua bisa melihat begitu bermanfaatnya menjadi lulusan Kumon, tentu mereka tidak akan mudah menyerah melampaui semua proses belajar di Kumon. Mungkin ini menjadi tugas kami, Pembimbing Kumon untuk menularkan semangat menjadi completer bagi siswa-siswa yang sedang belajar. Belajar dari completer, mereka bisa karena ada yang memberikan semangat dan dorongan. Bukan masa depan yang kita wariskan kepada anak-anak, tetapi kemampuan untuk menghadapi masa depan. Sehingga mereka bisa menjadi pribadi yang tidak takut dengan tantangan. Dan mereka bisa bilang, “Try Me.”


Baca Selengkapnya....

Wednesday, July 23, 2008

Selangkah demi Selangkah untuk Mencapai Keberhasilan

Banyak orangtua lebih memikirkan hasil test berhitung anaknya di sekolah dalam waktu dekat daripada merasa gembira dengan kemampuan berhitung anaknya. Orangtua lebih merasa khawatir dan mencari-cari apa yang belum dikuasai anaknya dan tidak pernah merasa puas. Bila anaknya dapat menghitung dengan cepat, mereka menuntut untuk bisa mengerjakan soal-soal cerita, menuntut bisa mengerjakan soal-soal geometri, dan seterusnya… sampai kapanpun selalu khawatir. Kemudian mereka mulai berpikir bagaimana caranya untuk meningkatkan nilai pelajaran sekolah dengan waktu yang lebih singkat dan tidak menyulitkan orangtua. Mereka lebih tertarik untuk meningkatkan nilai berhitung di sekolah saat ini saja dan merasa merasa mengerjakan lembar kerja setiap hari terlalu lambat.
Tetapi sebenarnya kebanyakan orangtua “gagal” mendidik anaknya karena berpandangan seperti itu. Mereka ingin seperti ilmu sihir yang langsung dapat meningkatkan nilai pelajaran anaknya di sekolah dalam sekejap. Di dunia ini, untuk mendapatkan keberhasilan hanya dapat dicapai dengan melakukan langkah demi selangkah, dengan terus-menerus berusaha secara kontinu. Ini adalah kebenaran yang tidak pernah berubah. Sama seperti kita mendaki gunung yang tinggi, di mana kita harus mendaki selangkah demi selangkah.
Yang paling penting di dalam kehidupan adalah memiliki target yang besar, dan untuk mewujudkannya adalah “berusaha dengan tekun selangkah demi selangkah”. Selangkah yang sepintas kelihatannya sepele.
Tentu saja, dalam proses perjalannyanya, wajar bila terkadang ingin menyerah. Tetapi orang yang sejak kecil telah memiliki pengalaman dapat mengatasi ketika akan menyerah, dan memiliki pengalaman bisa mencapai level yang tinggi dengan berusaha terus setiap hari, pada saat mengalami hal seperti itu pun, pasti tidak akan menyerah.
Di Kumon, kita mempunyai target besar yaitu Matematika SMA. Dalam proses pencapaiannya dengan mengerjakan lembar kerja setiap hari secara kontinu. Melalui pengerjaan lembar kerja, dapat dikatakan anak-anak mempelajari kehidupan yang luar biasa. Tidak banyak kesempatan untuk bisa mendapatkan pengalaman seperti ini. Seperti mendapatkan pendidikan moral untuk kehidupan. Betapa luar biasanya untuk bisa mencapai keberhasilan itu.
Untuk bisa mencapai puncak gunung yang tinggi, hanyalah dengan mendaki selangkah demi selangkah. Ingat kembali, bahwa KUMON bukan hanya meningkatkan kemampuan belajar saja, tetapi juga merupakan system belajar yang membuat anak dapat menguasai pelajaran dengan baik.

(diambil dari Nilai Metode Kumon 1 oleh Tokuhiro Kimata)


Baca Selengkapnya....

Dear Parent

Disadari atau tidak, setiap orangtua terdorong ingin membanggakan anaknya. Pada awal kehidupannya secara alamiah seorang anak mampu belajar dan meningkatkan kepandaian, ketrampilan dan keahliannya dalam lompatan yang mengagumkan. Tetapi dalam tumbuh kembang selanjutnya, pola asuh orangtua akan mempengaruhi kemampuannya.
Di masa sekarang, di mana kesibukan orangtua semakin tinggi, terkadang naluri alami pengasuhan kita menjadi semakin pudar. Banyak orangtua yang sibuk bekerja dan tidak dapat hadir mendampingi anaknya tiap saat, merasa bersalah. Dan seringkali “guilty feellings” ini ditebus dengan cara atau tindakan yang kurang bijaksana.
Bagaimanapun kehadiran dan sentuhan kasih sayang orangtua tidak dapat digantikan dengan apapun. Bangkitkan kembali naluri kepengasuhan alamiah kita, naluri lemah lembut dan kasih sayang. Secara kuntitas mungkin kebersamaan dengan anak-anak sedikit, tetapi berhentilah sejenak dan memberikan waktu yang berkualitas bagi mereka. Hal ini akan memberikan atmosfir yang sehat bagi perkembangan pribadinya kelak. Mungkin saat-saat libur sekolah ini bisa menjadi moment berharga bagi kita untuk menikmati waktu berkualitas bersama anak-anak.

Pembimbing Kumon Candraloka
Alpharia Rynant


Baca Selengkapnya....

Friday, May 23, 2008

Liburan Sekolah sebagai Salah Satu “Periode Belajar”


Wah, liburan sekolah yang ditunggu-tunggu sebentar lagi akan tiba! “Pada liburan sekolah ini, kira-kira apa ya, “challenge” yang akan saya lakukan?”. Bagi kalian yang berpikir seperti itu, di sini diberikan salah satu alternatif.
Di Kumon, seiring dengan terbentuknya kemampuan belajar yang baik, juga akan terbentuk kemandirian melalui cara dan sikap belajar secara mandiri. Untuk itu, salah satu cara yang dapat diterapkan adalah “menciptakan irama kehidupan yang baik”!
Di liburan sekolah ini, mula-mula berusahalah menciptakan “irama kehidupan sehari-harimu”. Justru pada masa liburan sekolah seperti inilah, yang merupakan kesempatan emas untuk memperbaiki kebiasaan hidup sehari-hari. Dan salah satu cara yang dapat kalian terapkan adalah “menetapkan Kumon Time”.
Pertama-tama tetapkanlah “kumon Time” yang merupakan waktu terbaik dalam hari itu untuk belajar. Dengan itu saja pun sudah OK!
Dengan menepati “kumon Time” secara step by step, one by one, tanpa terasa ternyata bisa membentuk “irama kehidupan yang baik” yang sungguh luar biasa. Tentu manfaatnya tidak hanya itu saja. Dengan mengerjakan Kumon secara rutin setiap hari sesuai “Kumon Time”, pelajaranmu di Kumon pasti akan maju dengan lancar, dan manfaatnya jelas akan kamu rasakan! Jadi tunggu apa lagi? Mulailah dengan “Kumon Time” dan jadikan ini sebagai “challenge” liburan sekolahmu!

Baca Selengkapnya....

Sunday, May 18, 2008

KUNCI UNTUK MENINGKATKAN KELANCARAN DALAM BELAJAR


“Banyak mengulang sampai menjadi mudah?”
Tahukah anda tentang latihan untuk atlet lompat tinggi? Selain diperlukan dasar latihan jasmani seperti lari atau latihan otot, juga diperlukan latihan memakai palang, dimana hal itu mirip dengan latihan Metode KUMON.
Umumnya dalam latihan, mula-mula mereka berlatih melompat pada palang dengan ketinggian dasar mereka sendiri, karena hal itu dapat menyebabkan otot menjadi sakit dan merusak bentuk loncatannya. Jadi berdasarkan keadaannya pada hari itu, mereka berlatih berulang-ulang dengan ketinggian yang tidak memberatkan dan lebih rendah beberapa puluh sentimeter dari lompatan terbaiknya. Kemudian sesuai dengan kondisi bertambahnya tenaga sedikit demi sedikit, ketinggian palang dinaikkan, sehingga mereka bisa mendapat bentuk yang baik dan otot pada badan tidak kaku. Lalu agar latihan dapat berjalan lancer dan terus menerus merasa senag, maka perlu untuk menikmati perasaan berhasil melompat dengan baik.
Pada metode KUMON, kemajuan yang sedikit demi sedikit karena banyak soal yang diulang, juga sama dengan latihan lompat tinggi tersebut. Dari pada mulai di tempat yang kemampuannya pas-pasan, lebih baik memperbanyak latihan yang menyenangkan pada tempat yang kemampuannya lebih, sehingga dapat tumbuh kemampuan yang baik.

Baca Selengkapnya....

Saturday, May 17, 2008

TIGA MAKANAN PENTING BAGI PERTUMBUHAN ANAK

Makanan untuk tubuh.
Merupakan makanan dalam arti sesungguhnya, yaitu makanan yang kita makan sehari-hari. Makanan ini berfungsi membangun tubuh dan menjaga kesehatan. Selain itu olahraga atau exercise juga termasuk dalam makanan untuk tubuh

Makanan untuk otak
Makanan ini berfungsi mengembangkan kemampuan otak. Makanan yang sehat bagi perkembangan otak antara lain dengan belajar setiap hari. Belajar yang dilakukan secara teratur dan dalam porsi yang cukup, sangat baik dan menyehatkan otak daripada belajar secara berlebihan pada satu dari dan kosong pada hari berikutnya.


Makanan untuk hati
Makanan ini mempengaruhi perkembangan emosi, termasuk di dalamnya adalah pengalaman hidup. Pengalaman bisa didapat pada saat berlibur bersama keluarga atau teman, bermain, mengunjungi museum, terlibat dalam konser, dan lain sebagainya. Pengalaman hidup bisa juga didapatkan secara tidak langsung dengan cara membaca buku. Kedua hal tersebut mempunyai efek yang sama bagi perkembangan emosional anak.


Source : “Life Skills” Education Builds the Future.


Baca Selengkapnya....

Saturday, May 10, 2008

Setiap Anak Memiliki Potensi yang Tak Terbatas

KUMON adalah sistem belajar yang memberikan program belajar secara perseorangan sesuai dengan kemampuan masing-masing, yang memungkinkan anak menggali potensi dirinya dan mengembangkan kemampuannya secara maksimal. Melalui pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris, KUMON tidak hanya membentuk kemampuan akademik saja, akan tetapi juga membentuk karakter yang positif dan "life-skills" (ketrampilan hidup) yang akan berguna bagi masa depan anak.

KUMON dapat diikuti oleh anak prasekolah, siswa SD, siswa SMP dan siswa SMA, dengan segala tingkat kemampuan. Sistem belajar KUMON didukung oleh materi bahan pelajaran yang tersusun secara sistematis dan 'step by step' sehingga tanpa terasa pelajaran anak dapat maju ke bagian yang lebih tinggi.

Kumon dikembangkan pertama kali di tahun 1954 oleh seorang guru Matematika SMA Jepang, Toru Kumon, yang awalnya ingin membantu pelajaran Matematika anaknya. Kini Kumon telah menyebar di 45 negara di dunia dengan jumlah siswa lebih dari 4.13 juta anak.

from:www.kumon.co.id

Baca Selengkapnya....

Wednesday, May 7, 2008

Lakukan Berulang-ulang sampai tersimpan dalam pikiran bawah sadar”

Toru Kumon sering mengatakan : “Pendidikan dalam bahasa Inggris disebut dengan education. Kata `educ` ini memiliki arti `menarik keluar`. Bila kita membaca buku ilmu pendidikan, di situ tertulis bahwa `pendidikan adalah menarik keluar`. Ketika baru pertama kali membaca, saya sangat terkesan. Tetapi setelah saya baca berulang-ulang, saya menemukan kejanggalan. Di situ dikatakan, pendidikan adalah menarik keluar…(?) Tetapi, bukankah kita tidak bisa menarik keluar uang di bank, jika kita tidak memiliki cukup uang di bank tersebut? Mengapa pendidikan mengatakan seperti itu? Menurut saya, kita harus menyimpan dulu, baru bisa menarik keluar…, itulah pendidikan.”

Tentu saja, bila kita tidak menyimpan, kita tidak bisa menarik keluar, bukan? Lalu, bagaimana untuk bisa menyimpan? Yaitu dengan berlatih berulang-ulang sampai masuk dalam pikiran bawah sadar. Contoh sederhana, coba ingat kembali saat pertama kali Anda belajar menyetir. Anda menjalankan mobil dengan konsentrasi penuh. Akan tetapi, setelah berkali-kali mengemudi di jalan raya dan semakin terbiasa, tanpa perlu berpikir cara mengemudi, Anda sudah dapat mengemudi sambil memikirkan hal lain. Perlu untuk berlatih berulang-ulang untuk mencapai taraf ini.Lalu, setelah 1 kali tersimpan di dalam pikiran bawah sadar, biasanya tidak mudah terlupakan. Anda segera dapat mengendarai sepeda, meskipun selama setahun tidak mengendarainya, bukan?

Misalnya penjumlahan 9 + 8 yang membingungkan anak prasekolah, tanpa susah payah Anda pasti bisa menjawab 17. Ini adalah karena Anda telah mempelajarinya berulang-ulang sampai bisa menjawab dengan cepat (tanpa perlu berpikir dengan konsentrasi penuh), dan telah tersimpan di pikiran bawah sadar. Jadi sewaktu-waktu dapat segera ditarik keluar.

Bagi oranngtua, sampai dengan 4 operasi aritmetika, meskipun sekali-kali bolos tidak mengikuti pelajaran pun, karena selalu dipergunakan dalan kehidupan sehari-hari dengan sendirinya masuk dalam pikiran bawah sadar. Tetapi untuk materi setingkat SMP,soal persamaan dan fungsi, meskipun sudah pernah dipelajari, karena tidak berlatih sampai “tersimpan” dalam pikiran bawah sadar, sebentar saja tidak digunakan, sudah terlupakan.

Metode KUMON adalah “sistem belajar yang menyimpan ke pikiran bawah sadar” dengan melakukan pengulangan berkali-kali. Frekwensi pengulangan untuk masing-masing individu berbeda, tetapi bila diberikan pengulangan sampai batas yang diperlukan anak tersebut, maka siapapun juga pasti menjadi bisa. Di KUMON, siswa bukan mengulang berkali-kali pada bagian yang tidak dimengerti, melainkan mengulang dari bagian yang pasti bisa dikerjakan, sehingga efektivitasnya pasti tidak terkira.

Bukan hanya dalam berhitung dan bahasa saja, dalam bidang apapun juga, bila kita ingin menggali potensi anak, yang pertama harus kita lakukan adalah “mengisi tabungan” sampai mencapai pikiran bawah sadarnya.

Pendidikan di Metode KUMON adalah, menyimpan dahulu, baru menarik keluar.

(dari : “Nilai Metode Kumon 1” oleh Tokuhiro Kimata)

Baca Selengkapnya....

Tuesday, May 6, 2008

The Brain is like a mosaic

Have you ever seen a mosaic picture? From far away it looks like a single object, but if you look at it up close you can see it made up of many tiny pieces. The brain is similar in that it is made of many tiny brain cells. All the cells in the brain are linked to each other. Unlike humans who have just two hands, brain cells have ten, even twenty “hands” that can be easily linked together.

Why do they need to be linked? Imagine you and your classmates are in a circle holding hands. When you feel your hand being squeezed by the person to your right, you squeeze the hand of the person to your left. I start by squeezing the hand of the person to may left, and this immediately passed on down the line. The brain send information in the same way, from the first cell to the last cell. It’s something like playing the “telephone” game, but in the case of the brain, the information never changes on the way. What is your depth of understanding? It is the brain activating brain cells that are linked each other, and sending information in this way.

(From : “Train your Brain” by Ryuta Kawashima)

Baca Selengkapnya....

Memberikan “Penghargaan” akan membuat anak berkembang

Agar kemampuan seseorang berkembang, hal yang sangat penting adalah menemukan kelebihan-kelebihan (segi positif) yang dimilikinya dan memberikan “penghargaan” terhadap hal-hal tersebut. Misalnya,

kita telah melakukan sesuatu dengan usaha yang sungguh-sungguh, manakah yang lebih menambah semangat, antara ucapan “Ah, itu kan memang sudah seharusnya dilakukan oleh seorang ibu…” atau ucapan,”Terima kasih, berkat kamu saya telah terbantu…”?

Bagaimana pun juga, berikanlah “pujian” apabila anak kita telah berbuat hal-hal yang positif. Di Kumon, anak mempelajari pelajaran yang pasti bisa dikerjakannya asal mau berusaha, maka kita punya banyak kesempatan untuk bisa memberikan pujian atas usahanya tersebut. Sayangnya, banyak orangtua yang cenderung menunjukkan sisi negatif anaknya. Mungkin karena sikap rendah hati. Orangtua dari anak yang pandai, bila mendapat pujian “Wah, anaknya pintar ya…”, biasanya akan menjawab, “Ah, tidak juga.” Bila anak selalu mendengar ucapan Ibunya seperti itu, maka meskipun tadinya ia adalah anak yang pandai, lama kelamaan semangatnya menurun dan mulai berpikir bahwa mungkin dirinya memang tidak bisa. Akibatnya prestasinya menurun dan akhirnya ia merasa “Betul, saya memang anak yang tidak pintar.”Jadi, apabila ada orangtua yang merasa ”Tidak ada hal-hal yang bisa dipuji” pada anaknya, berarti orangtua tersebut membuat anak merasa “Saya memang tidak mampu.”

Memang kebanyakan dari kita mengakui bahwa kita lebih mudah memuji anak orang lain. Memuji anak sendiri tidaklah selalu mudah. Kendati kita sudah mengetahui pentingnya memberikan pujian kepada anak, nemun hal tersebut tampaknya “mudah diucapkan, tetapi sulit dilakukan”. Akan tetapi, bila kita terus berusaha melakukan hal tersebut, bagi kita orangtua, pun dapat berkembang. Berkat anak-anak, kita pun menjadi berkembang secara manusiawi. Bisa dikatakan, anak-anak merupakan “guru” bagi kita, agar kita dapat lebih berkembang. Orangtua yang mau berubah, mau belajar, adalah orangtua yang betul-betul rendah hati dan jujur. Dan anak-anak yang dibesarkannya pasti berkembang.

Jadilah orangtua yang mulia. Karena anak adalah cermin orangtuanya dan orangtua adalah cermin anaknya. Bila kita dapat memberikan pujian yang tulus kepada anak, pasti hasil belajarnya akan meningkat pesat.

(dari :Nilai Metode Kumon 1 by Tokuhiro Kimata)

Baca Selengkapnya....

Mengulang Sampai Benar-benar Bisa

Toru Kumon pernah berkata seperti ini mengenai Metode KUMON :
Ada yang mengatakan bahwa Metode KUMON hanya sekedar berhitung. Tetapi ini adalah berhitung yang minimal agar anak tidak kesulitan dalam matematika SMA dan merupakan jalan pintas agar anak secepat mungkin dapat berpikir secara matematis. Lembar kerja KUMON sangat menekankan kemampuan akademis. “Sudah mengerti tapi ketika mengerjakan tidak bisa” adalah karena apa yang dipelajari sebelumnya belum dikuasai dengan mantap. Jadi, tujuan awal dari belajar KUMON adalah untuk mengulang “apa yang kira-kira sudah dimengerti” menjadi “benar-benar bisa”. Karena pada umumnya orang dengan ringan berpikir “itu terlalu mudah”, sehingga mereka enggan melakukan pengulangan dan kesempatan berharga untuk berkembang menjadi hilang.

Misalnya, anak yang belum lancar penjumlahan, dan untuk menghitung 6+3 masih menggunakan jari. Dibanding 2 bulan sebelumnya, sekarang ia sudah dapat menghitung dengan menggunakan jari dengan lebih cepat, tapi tetap saja masih menggunakan jari. Sampai pada suatu ketika, ia bisa langsung menjawab tanpa menggunakan jari lagi. Untuk menjadi seperti itu diperlukan perjuangan yang panjang, jadi bila kita berpikir untuk tidak tergesa-gesa dan memberikan pengulangan-pengulangan, maka pada suatu hari tiba-tiba anak dapat mengerjakan dengan lancar. Hal seperti ini sebenarnya sangat penting. Menjadi bisa melakukan sesuatu, terjadi secara tiba-tiba saat anak melakukan latihan berkali-kali. Meskipun orang sekeliling melihatnya seperti tidak ada perubahan, tapi sebenarnya anak sedang berada dalam kondisi di ambang bisa melakukan dengan lancar. Lalu, jika anak sudah bisa keluar dari salah satu permasalahan, tidak lama kemudian, dengan momentum tersebut ia dapat terus berada dalam kondisi dapat mengerjakan dengan lancar. Jika untuk level yang mudah dapat dikerjakan secara pasti, maka anak yang bagaimanapun dengan sendirinya berkeinginan untuk maju ke tahap berikutnya.

Baca Selengkapnya....

Flickr

This is a test post from flickr, a fancy photo sharing thing.

Baca Selengkapnya....
Kumon Candraloka on Facebook

discuss with student

discuss with student

Class of Kumon Candraloka

Class of Kumon Candraloka