Saturday, September 19, 2009

Peregangan yang baik


Setelah operasi penggantian lutut, seseorang pasien harus menjalani terapi fisik yang menyakitkan. Sebagai bagian dari terapi rutin yang harus dijalani, terapis akan menarik lututnya sampai kaki menekuk serta meregangnya dengan kuat.
“Peregangan yang baik,bukan?” kata terapis.
“Tidak, ini menyakitkan,” jawabnya sambil meringis kesakitan.

Namun segera ia memahami betapa pentingnya meregangkan otot dan persendian seseorang agar dapat bergerak secara penuh. Terkadang hal itu memang menyebabkan rasa tidak nyaman.

Dalam proses belajar di Kumon, hal ini sering terjadi. Saat di mana level pelajaran yang dikerjakan oleh siswa terasa sebagai “peregangan” yang membuat mereka keluar dari zona nyamannya. Tetapi hal ini adalah “peregangan yang baik” yang dapat menguatkan kemampuan mereka melampaui tingkatan kelas. Biasanya ini saat-saat rawan bagi anak-anak untuk memutuskan cuti atau berhenti. Padahal pengalaman keluar dari kenyamanan ini justru menjadi bagian penting pembentukan karakter anak. Berhenti pada saat merasa susah, bosan atau lelah mengajarkan anak-anak untuk menyerah. Padahal di kehidupan mereka selanjutnya, kemampuan untuk bertahan ini sangat berguna, bahkan sampai dewasa. Dengan belajar mengalahkan rasa tidak nyaman atau melewati kesulitan, anak-anak akan bisa maju dengan lebih baik di level selanjutnya. Tidak heran bila kita melihat anak-anak yang belajar di atas tingkatan kelas lebih nyaman mengerjakan lembar kerjanya. Mereka sudah mempunyai karakter kuat untuk melewati kesulitan sekaligus mendapatkan ketrampilan lebih dengan belajar mandiri. Biasanya di saat anak belajar 2 atau 3 tingkat di atas kelas, mereka sudah bisa belajar sendiri dari contoh soal. Yang diperlukan adalah perhatian dan dorongan semangat dari orangtua.

Ketika anak-anak melewati masa “susah” itu, cobalah bertahan. Anda mungkin terkejut, betapa “peregangan yang baik” dapat menguatkan kemampuan anak dan memunculkan potensi besarnya.

Baca Selengkapnya....

Wednesday, September 16, 2009

Betapa dahsyatnya lidah!


Beberapa waktu yang lalu, saya menerima sms dengan kata-kata yang kasar. Meskipun hanya sebatas perkataan dalam bentuk tulisan, tetapi dampaknya cukup menyakitkan perasaan saya. Dan hal ini membuat saya berpikir tentang “verbal abuse”.

Sebagai orangtua, terkadang kita pun lalai menjaga perkataan kita. Kita lupa, bahwa kekerasan terhadap anak-anak bukan hanya secara fisik, tetapi perkataan kasar dan kotor yang terlontar terhadap mereka pun akan mempengaruhi jalan hidupnya, bahkan mampu menghancurkannya. Perkataan yang kasar dan buruk biasanya jauh lebih kuat tersimpan dalam ingatan anak-anak kita. Tidak heran jika mereka pun bisa dengan mudah berbicara kasar dan sembrono kepada orang lain.

Anak belajar dari pengalamannya. Bila ia dibesarkan dengan pujian, ia akan tumbuh menjadi seseorang yang percaya diri. Jika dibesarkan dengan cacian, ia akan tumbuh menjadi seseorang yang gemar memaki orang. Jika dibesarkan dengan ucapan terima kasih, ia akan tumbuh menjadi seseorang yang mengerti artinya bersyukur. Jika dibesarkan dengan celaan, ia akan tumbuh menjadi anak yang tidak percaya diri.

Berapa banyak perkataan kasar yang mungkin tidak sengaja kita lontarkan kepada anak-anak kita? Mungkin hanya sebuah gurauan, namun mereka akan menyimpannya untuk suatu saat dikeluarkan kepada orang lain, bahkan mungkin lebih kasar!
Bukan hal yang mudah untuk mampu melihat kesalahan pada diri sendiri, apalagi di hadapan anak-anak. Tetapi kita adalah model teladan mereka. Menyadari kesalahan dan memperbaikinya bukanlah aib.

Komunitas belajar di Kumon tidak hanya terbatas untuk anak-anak. Tetapi juga bagi guru dan orangtua. Melalui proses belajar anak-anak, baik Matematika ataupun Bahasa Inggris, kita bisa belajar untuk membentuk karakter yang baik pada diri mereka. Berikan pujian dan dukungan setulusnya dalam setiap langkah kemajuannya. Bila kita masing-masing berusaha sungguh-sungguh melakukannya bagi anak kita, tentu kita dapat mewujudkan suatu perubahan besar bagi perdamaian dunia. Dan tak lupa semuanya tetap disertai dengan doa.

Baca Selengkapnya....

Monday, September 7, 2009

Squeak ! Squeak !


Nelly is wearing her new shoes.
“Look, Grandad ! I can march !”
“Knees up ! Knees down !”
sings Grandad, as they march out into the kitchen.
All of sudden, there’s a squeak !
Squeak !
“That sounds like the squeak, squeak of a s queaky toy.” Says Grandad.
They look under the table but there is no toy to be found.

“Look, Grandma, I can twiz and twirl !”
“Round and round,” laughs Grandma,
as they twiz and twirl down the hall.
All of sudden, there’s a squeak !
Squeak !
“that sounds like the squeaky wheels of a tricycle<” whispers Grandma. They look out of the window but there is no tricycle to be seen. “Look, Mummy, I can make big monster steps !” “Thump ! Thump !” shouts Mummy, as they make big monster steps into the bedroom. All of sudden, there’s a squeak ! Squeak ! “That sounds like the squeak, squeak of a mouse,” whispers Mummy. They look on top of the wardrobe but there is no mouse to be found. “Look, Daddy ! I can bunny hop !” “Bouncy ! Bouncy !” laughs Daddy, as they bunny hop into playroom. All of sudden, there’s a squeak ! Squeak ! “That sounds like the squeak, squeak of hamster on its wheel,” says Daddy. They look in the cage but the hamster is asleep. Just as Nelly jumps down there’s another squeak ! Squeak ! “I know what it is!” laughs everyone together. “It’s the squeak, squeak of Nelly’s new squeaky shoes!”

Baca Selengkapnya....

Saturday, September 5, 2009

Bulan Ramadhan.......


Selamat menjalankan ibadah puasa....semoga tetap semangat dan sehat sampai akhir bulan Ramadhan...
Saat-saat bulan puasa merupakan kesempatan orangtua untuk melatih anak-anak disiplin. Walaupun hal ini tentu saja tidak selalu mudah. Melatih anak-anak menjalankan ibadah puasa sedini mungkin akan memberikan nilai plus tersendiri baginya kelak. Untuk itu orangtua harus membayar uang muka berupa kesabaran, pengertian, dan tenaga ekstra.
Membimbing dan mendidik anak adalah sebuah proses yang tidak akan ada habisnya. Kadang kita merasa anak-anak sudah cukup besar untuk memilih sendiri mana yang baik dan mana yang tidak. Tetapi kita tidak bisa begitu saja membiarkannya, karena bagaimanapun mereka tetap membutuhkan perhatian dan arahan dari orangtua. Ini adalah tanggung jawab kita sebagai orangtua untuk tiada lelah memberikan dukungan kepada anak-anak agar mereka tidak terseret pada hal-hal yang buruk.
Jika kelak anak-anak telah benar-benar dewasa, mereka tentu akan bersyukur bahwa kita telah menjadi sahabat mereka melewati masa-masa transisi menuju kedewasaan.

Pembimbing.

Baca Selengkapnya....

Wednesday, September 2, 2009

Kisah Rumah Orang Bijak dan Orang Bebal



Pada suatu hari ada dua orang yang akan membangun rumah. Orang pertama adalah orang yang bijak, mulai membangun rumahnya di atas fondasi batu karang yang kuat. Menghabiskan waktu bertahun-tahun sampai rumahnya siap. Sementara orang kedua, segera membangun rumahnya di atas lahan pasir dan dalam waktu cepat telah selesai.

Si orang bebal pun melintasi lahan dimana orang bijak masih bersusah payah membangun rumahnya. Dalam hati ia berkata,”Betapa bodohnya kamu, membangun rumah di atas batu karang. Lihat, sampai sekarang kamu belum selesai membangunnya!”
Orang bijak tersebut tetap diam dan bekerja, sampai akhirnya rumahnya pun selesai dibangun.

Tak lama setelah itu, datanglah hujan badai yang besar dan angin kencang yang menghantam rumah mereka. Rumah orang bijak tetap berdiri dengan kokoh karena dibangun diatas fondasi yang kuat, tetapi rumah orang bebal dengan segera runtuh dan ia pun kehilangan seluruh rumah dan harta bendanya.

Sama seperti membangun rumah yang kokoh dengan fondasi yang kuat, metode Kumon bertujuan agar siswa mempunyai dasar kemampuan yang kuat untuk memahami Matematika SMA dengan baik. Itulah mengapa diperlukan waktu yang lebih lama pada saat mereka belajar materi dasar. Kemampuan materi-materi dasar yang terlihat mudah dan itu-itu saja adalah fondasi mereka untuk memahami matematika tingkat atas. Mereka akan belajar sampai melewati tingkatan kelas dengan mudah karena dasarnya kuat.

Terkadang kita tergiur untuk memperoleh hasil dalam waktu singkat. Seingkali pula kita mengabaikan proses karena membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Padahal dalam proses inilah sesungguhnya banyak sekali yang dapat kita pelajari. Dengan melewati semua proses tersebut dan kemudian anak belajr di atas tingkatan kelas, akan terbentuk sikap-sikap disiplin, tekun, tidak mudah menyerah, mandiri dan percaya diri. Semuanya merupakan “life skills” yang tentu berguna demi mencapai cita-cita mereka.

Mari kita bantu setiap anak untuk mewujudkan cita-citanya melalui metode Kumon.

Baca Selengkapnya....
Kumon Candraloka on Facebook

discuss with student

discuss with student

Class of Kumon Candraloka

Class of Kumon Candraloka