Friday, July 25, 2008

Jurusan IPS, kerja di IT.....siapa takut?!!

Reuni KCC 2008 “TRY ME”

oleh: Alpharia Rynant
Belia, penuh semangat dan percaya diri. Begitu kesan pertama saya melihat para completer turun dari bis di Lido Lake Resort & Conference. Reuni KCC tahun ini memberi kesempatan bagi Pembimbing untuk ikut terlibat. Ini pengalaman pertama saya bertemu langsung dengan completer Kumon dalam jumlah yang cukup banyak secara bersama-sama. Wah, ternyata banyak juga. Padahal itu hanya sebagian saja.
Kami, Pembimbing dilibatkan dalam acara diskusi sebagai fasilitator. Awalnya sedikit ragu, apakah diskusinya akan menyenangkan bagi anak-anak? Secara, umur kami yang Ibu-ibu, mungkin cara pikir kita agak “jadul” bagi mereka. Tapi seperti halnya siswa-siswa di kelas-kelas Kumon selalu berani mencoba, saya pun pe-de saja. “Try me, siapa takut!?”
Setelah makan siang, acara pun dimulai. Ruang Mahoni tampak lega, tanpa meja dan kursi. Kami semua duduk “lesehan” di karpet, berkelompok. Santai sekali. Pembukaan oleh MC, dilanjutkan sambutan dari Mr.Katsumata dan Panitia Reuni KCC. Sebelum Sharing Completer, untuk bisa saling berkenalan,ada kegiatan “Ice Breaking”. Menyenangkan sekali terlibat dalam permainan “When we walk”. Saya jadi agak lupa umur…
Sharing Completer memberikan banyak inspirasi bagi kami semua. Dengan bahasa remaja, dalam talk show yang dipandu oleh Kim, para completer menceritakan perjalanan mereka sampai menjadi completer. Manfaat menjadi lulusan Kumon ternyata tidak berhenti hanya “jago Matematika”, tetapi lebih dari itu mereka menjadi pribadi yang tangguh, tahan banting, tekun dan tidak mudah menyerah. “Life Skills” yang terbukti menjadikan mereka pribadi yang berkualitas. Salah satu yang saya ingat, bagaimana Intan yang di SMA jurusan IPS, kuliah dan sekarang bekerja di bidang IT. Kok bisa ya? Belum lagi sederet prestasi mereka meraih beasiswa dan karir yang bagus dalam pekerjaan. Seperti yang disebutkan dalam sambutan Mr.Katsumata, “Completer adalah harta yang berharga”.
Diskusi sesi I dimana Pembimbing ikut serta, menjadi saat-saat yang paling seru bagi saya. Ada 9 completer di kelompok saya. Awalnya mereka terlihat diam, tetapi begitu masing-masing bercerita tentang pengalaman belajar di Kumon, beberapa kali kami tertawa geli dengan kejadian-kejadian lucu yang mereka alami. Kalau ditanya hambatan, hampir semua mengalami rasa “bosan”, “cape”, bahkan salah satu completer mengatakan “Kumon tuh les yang paling banyak menghabiskan waktu.” Walaupun begitu, mereka completer sekarang. Bagaimana melalui semua hambatan itu? Sebagian mengatakan “Tanggung, jadi cepat selesaikan saja”, sebagian lagi mengatakan “Supaya tidak ada beban lagi”, dan “Aku ingin jadi lulusan termuda di kelas Kumonku”. Mereka menyelesaikan Kumon mungkin saja dengan alasan bermacam-macam, tetapi intinya adalah rasa senang mereka bisa menyelesaikan bahan pelajaran Kumon. Dan setelah mereka menjadi completer, baru mereka menyadari betapa berharganya pengalaman belajar di Kumon. Pengalaman yang memberikan pelajaran hidup yang berarti untuk menghadapi masa depan. Waktu saya menanyakan tentang moment berkesan selama belajar di Kumon, wah…tak terduga mereka masing-masing punya cerita unik. Raisa yang belajar di Kumon berjam-jam dengan kondisi listrik padam, Raymond lulus Kumon setelah 3 kali EBTA, dan Ken yang ketahuan curang dengan waktu. Pengalaman Alex membuat kami tertawa geli, karena PR Kumonnya pernah jatuh ke got, sehingga ia harus ulang lagi. Walaupun yang diceritakan tidak selalu yang menyenangkan, mereka menceritakannnya dengan wajah senang.
Kumon di Indonesia sekarang semakin besar, semakin banyak anak yang belajar dengan Kumon. Bila siswa yang sekarang sedang belajar di Kumon melihat betapa menyenangkannya menjadi completer dan orangtua bisa melihat begitu bermanfaatnya menjadi lulusan Kumon, tentu mereka tidak akan mudah menyerah melampaui semua proses belajar di Kumon. Mungkin ini menjadi tugas kami, Pembimbing Kumon untuk menularkan semangat menjadi completer bagi siswa-siswa yang sedang belajar. Belajar dari completer, mereka bisa karena ada yang memberikan semangat dan dorongan. Bukan masa depan yang kita wariskan kepada anak-anak, tetapi kemampuan untuk menghadapi masa depan. Sehingga mereka bisa menjadi pribadi yang tidak takut dengan tantangan. Dan mereka bisa bilang, “Try Me.”


No comments:

Kumon Candraloka on Facebook

discuss with student

discuss with student

Class of Kumon Candraloka

Class of Kumon Candraloka