Saturday, February 18, 2012

BELAJAR DARI ANAK


Belajar dari anak, itulah yang terjadi di kelas Kumon. Bimbingan individual mengharuskan kami mengamati masing-masing siswa secara seksama untuk dapat menggali potensi secara maksimal. Sebenarnya dengan  menggali potensi anak, baik guru maupun orangtua pun belajar. Yuk, lihat bagaimana kita bisa belajar dari seorang siswa di kelas KUMON Candraloka….

WIDYA APSARI, biasa disapa Ari. Masuk Kumon Matematika saat kelas 4 SD dengan titik pangkal 3A71 di akhir November 2011. Saat Test Penempatan, Ari terkesan tidak terlalu bersemangat, saya menduga mungkin ikut Kumon bukan sepenuhnya keinginan Ari. Sehingga setelah Test Penempatan tersebut saya bicara dengannya. Kami berdua bersepakat bagaimana agar proses belajar di Kumon tidak memberatkan Ari. Dengan saling sepakat, ternyata kemajuan belajar Ari maju dengan lancar di luar dugaan, Oktober 2011 Ari telah belajar sampai E130, pengurangan pecahan. Bila di rata-rata, latihan Kumon yang dikerjakan Ari setiap hari tak lebih dari 30 menit, bahkan kalau PR bisa sekitar 20 menit di rumah. Dan sekarang Ari tidak lagi merasa kesulitan mengerjakan soal-soal Matematika di sekolahnya.

Kesepakatan saya dan Ari adalah melalui proses belajar dengan “rasa senang”. Jadi kapanpun Ari merasa berat, dia boleh bicarakan hal tersebut dengan Pembimbing dan akan dicari cara agar beban disesuaikan kembali. Sejak awal saya tidak memberikan lembar kerja banyak, maksimal 10 lembar per hari. Walaupun di titik pangkal yang mudah, yang dikerjakan Ari tak lebih dari 10 menit, saya tetap memberikan 10 lembar per hari baik di kelas maupun di kelas. Hal ini mempertimbangkan agar Ari bisa menikmati latihan. Dari titik pangkal 3A sampai B kemajuan Ari baik, tanpa pengulangan. Di level C 51 baru lembar kerja berkurang menjadi 5 lembar per hari. Dalam menentukan jumlah lembar kerja yang tepat untuk Ari, saya melihat waktu pengerjaannya di kelas dan kelancarannya dalam menyelesaikan soal. Sekali lagi ini sebagai upaya agar Ari tetap enjoy dan termotivasi untuk tetap berusaha. Hasilnya, Ari melewati level D yang cukup sulit dengan irama yang stabil. Menilai raut wajahnya, Ari bahkan tidak kesulitan. Benar-benar anak yang luar biasa kan?

Belajar dari Ari, yang awalnya tidak terlalu antusias mengikuti Kumon, mungkin karena kesan yang didapatnya bahwa Kumon banyak PR dan melelahkan, saya menjadi lebih mengerti bagaimana bimbingan individual dapat menggali potensi seorang anak. Bukan dengan membiarkan anak berjalan semaunya atau sebaliknya terlalu  mengatur langkahnya dengan keras, namun dengan mengamati dan memahami setiap langkah yang dijalaninya. Selain itu, saya sebagai orangtua, sebaiknya belajar juga untuk tidak mudah menyerah menghadapi keadaan yang mungkin kesan awalnya “kurang menyenangkan”. Kita bisa belajar dari kesulitan kok, yang penting lakukan saja selangkah demi selangkah, seperti Ari juga mau melangkah walaupun awalnya ia kurang suka. Kalau Ari bisa, kenapa kita tidak!? Kalau Ari bisa, anak-anak lain pun pasti bisa J

No comments:

Kumon Candraloka on Facebook

discuss with student

discuss with student

Class of Kumon Candraloka

Class of Kumon Candraloka