Waktu kecil kita masing-masing
pasti punya cerita bagaimana belajar naik sepeda roda dua. Ketrampilan ini
memerlukan latihan yang berulang-ulang sampai bisa dan mahir. Bila diceritakan,
ada saja keseruan yang kita alami saat-saat itu. Mulai dari berulang-ulang
jatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan, kaki yang pegel-pegel, sampai
mungkin tabrakan dengan sepeda teman. Namun semua kisah “tidak enak” tersebut
menjadi cerita yang lucu kala diceritakan kembali. Sekarang setelah sebagian
besar dari kita mahir mengendarai sepeda roda dua, kegiatan bersepeda bisa kita
lakukan begitu saja seperti sebuah refleks. Bahkan aktifitas bersepeda atau
kerennya disebut “gowes” sekarang sudah menjadi “trend” bagi banyak orang.
Di kelas Kumon seringkali ada
pertanyaan : “Mengapa harus ada pengulangan?”
Nah, hampir sama seperti proses
belajar naik sepeda roda dua, pengulangan di Kumon berguna untuk membentuk
kemampuan yang kuat atau bisa disebut sebagai mahir. Karena tanpa pengulangan
yang cukup, sampai lancar di step tertentu, siswa mungkin saja akan kesulitan
memahami materi selanjutnya yang berkaitan dengan bahan pelajaran sebelumnya.
Bisa dibayangkan, bila kita belum
bisa menjaga keseimbangan saat bersepeda di jalan yang rata dan lurus.
Bagaimana sulitnya bila kita melakukannya di
jalan yang naik dan turun, berkelok-kelok atau di tengah keramaian lalu
lintas. Seluruh tenaga dan pikiran terkuras, tetapi tetap saja kita tidak dapat
maju dengan lancar.
Begitupun saat siswa belajar.
Bila belum cukup lancar pada satu step dan kemudian diberikan kesulitan yang
lebih lagi, akan terjadi kesulitan yang bertumpuk. Misalnya siswa membutuhkan waktu yang lama
untuk menjawab soal “ 8 + 6 “ , tentu
akan bertambah sulit saat diberikan soal “ 18 + 6 “ dan lebih lama lagi berpikirnya ketika
menghitung “ 28 + 16 “. Tentu saja
belajar menjadi hal tidak menyenangkan baginya. Namun bila soal yang mudah bisa
dikerjakannya dengan lancar, kesulitan di materi berikutnya pasti bisa diselesaikannya dengan hanya sedikit
berpikir. Inilah yang disebut sebagai
“just right level”. Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit, tetapi pas.
Sebenarnya banyak hal di dalam
kehidupan kita belajar dari pengulangan. Kita mahir karena berulang kali
melakukannya dan menjadi biasa. Saya sering terkagum-kagum pada para ibu yang
pandai memasak. Saat menakar jumlah garam atau bumbu untuk masakannya, mereka
bisa melakukannya hanya dengan “kira-kira” namun “tepat”. Istilah dalam resep “garam secukupmya”. Nah,
cukupnya seberapa ya? Itulah kepekaan yang ada pada ahli-ahli masak itu karena
mereka sering melakukannya. Ketrampilan yang didapat karena latihan
berulang-ulang.
Yuk, kita ikut berlatih seperti
anak-anak…tidak mudah menyerah bila memang perlu diulang.
Baca Selengkapnya....