Bila kita
akan mengajari anak untuk bisa naik sepeda roda dua, apakah kita akan
memintanya mencatat banyak teori tentang naik sepeda? Tentunya tidak! Kita
biasanya memilih untuk langsung membawanya ke jalan atau tanah lapang bersama
sepedanya. Dengan memegangi sepeda, memintanya untuk langsung naik dan
mengayuh, kita memberika beberapa dorongan. Dengan cara inilah ia akan lebih
cepat dapat bersepeda.
Di kelas
Kumon, cara serupa dilakukan anak-anak. Belajar memahami dengan mengerjakan
latihan. Di level-level awal pun soal-soal yang diberikan di lembar kerja sudah
mengarahkan mereka berlatih dari contoh yang ada. Semakin meningkat kemampuan,
semakin lancar pula mereka mengerjakannya.
Bila
diperhatikan di lembar-lembar tertentu ada soal dengan tanda bintang (*) yang
biasanya merupakan soal yang sedikit lebih sulit. Membiarkan siswa mencoba
mengerjakannya berarti memberikan kesempatan ia berusaha dengan kemampuannya.
Dan bila berhasil akan memberikan rasa “aku bisa” (sense of achievement) yang
luar biasa.
Kesempatan
menunjukkan kemampuannya juga diberikan di beberapa soal materi baru yang
penjelasannya dengan contoh soal. Bisa berupa soal dengan jawaban yang perlu
ditebalkan (tracing) atau contoh soal dengan jalan hitungan. Diharapkan dengan
contoh soal, siswa belajar memahami dengan kemampuannya terlebih dahulu dan
tidak takut mencoba menyelesaikannya sendiri. Pengalaman ini sangat berharga
bagi anak-anak.
Pembimbing
dan asisten di kelas siap membantu saat siswa tidak mengerti, seperti layaknya
memegangi sepeda ketika anak-anak belajar bersepeda. Menjaganya agar tidak
jatuh, tetapi memberi kesempatan anak mengayuh. Kemudian memberikan pujian bagi
keberhasilannya melampaui setiap tahap pelajaran.
Lebih dari hal itu semua….pengalaman belajar
dengan rasa senang akan menular dalam kehidupannya. Setiap kali berhasil
mengalahkan kesulitan, akan timbul perasaan tidak mudah menyerah. Jadi…orangtua
pun jangan mudah menyerah ya…anak-anak bisa, kita pun bisa!
No comments:
Post a Comment