Sunday, July 31, 2011

MOTIVASI vs CARA


Sebuah jalan tol di California, Amerika Serikat, ada kemacetan parah pada 12 Oktober 2010. Peristiwa itu terjadi karena Imperial Stars, sebuah grup band beraliran rock, mengadakan konser di jalan tol dengan menggunakan truk sebagai panggungnya. Dalam keterangan di internet, Imperial Stars mengatakan bahwa konser tersebut memang sengaja diadakan dan didedikasikan untuk membantu anak-anak tunawisma. Namun karena tidak ada izin dan menyebabkan empat dari lima jalur tol yang tersedia tertutup, pihak kepolisian pun turun tangan. Setelah truk disingkirkan dengan bantuan mobil derek, para pemusik ditahan dengan tuduhan mengganggu lalu lintas.

Jika kita mempunyai niat yang baik, jangan lupa untuk memperhatikan cara yang akan kita pergunakan untuk mewujudkannya. Bila tidak, maka tujuan yang baik menjadi ternoda oleh pelanggaran hukum atau terjebak pada hal yang merugikan orang lain. Seperti juga saat pelaksanaan Ujian Nasional yang lalu. Begitu banyak protes dan laporan tentang “contek masal” yang diberitakan. Tujuannya tentulah baik, agar anak-anak dapat lulus dengan nilai yang baik. Tetapi cara “mencontek” ini merugikan sebagian anak yang  sungguh-sungguh berusaha dan belajar. Selain itu tujuan pendidikan yang mulia menjadi ternoda.

DI kelas Kumon, anak-anak belajar melalui proses yang bukan instant. Setiap anak maju sesuai dengan kemampuan masing-masing karena bimbingan dilakukan secara individual. Segala sesuatu memang sulit, sebelum hal itu menjadi mudah. Mungkin beberapa siswa merasa lelah karena pengulangan atau saat memahami materi baru, namun penghargaan kita bagi siswa adalah karena mereka mau terus berusaha. Pujian bagi usaha ini menjadikan hasil akhir yang merupakan tujuan  dapat terwujud dengan cara yang baik. Bukan hanya baik, pengalaman belajar seperti ini memberikan keyakinan pada diri anak-anak, untuk tetap bersemangat berusaha dan tidak berlaku curang yang tentu bisa merugikan orang lain. Mereka akan dengan bangga bisa mengatakan, “Aku bisa, karena aku mau mencoba dan berusaha!”

Pastikan motivasi yang baik juga didukung dengan cara yang baik.

Baca Selengkapnya....

Wednesday, July 27, 2011

AGATHA CHRISTIE


Agatha Christie adalah penulis cerita misteri terkenal di dunia. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa lima buku pertama yang ia tulis gagal total. Tidak laku. Menghadapi kegagalan tersebut, Christie tidak putus asa. Ia bertekad untuk menulis lagi sambil belajar dari kegagalannya. Hasilnya buku keenamnya mendapat sambutan luar biasa. Sejak saat itu Christie sukses. Ia pun bertekad untuk terus menulis. Minimal satu buku dalam setahun. Ketekunannya tersebut mendorongnya menjadi penulis produktif. Ia berhasil menulis 66 cerita misteri, ditambah 6 novel, dan banyak cerita pendek.

Kerja keras yang kita lakukan biasanya tidak langsung memberi hasil seperti yang kita harapkan. Kerja keras harus dibarengi dengan ketekunan. Seorang petani, tidak cukup hanya bekerja keras merawat tanamannya setiap hari. Ia harus sabar dan bertekun menunggu sampai hujan turun dan musim panen tiba. Tanpa ketekunan, ia akan menjadi jemu bahkan berhenti bekerja sebelum panen tiba. Sudah keburu patah semangat melihat tanamannya tak kunjung berbuah.

Proses belajar anak di Kumon pun demikian. Dengan berlatih keras mengerjakan lembar kerja, kita berharap hasil luar biasa segera tampak. Nyatanya tidak selalu. Dalam proses ini anak dan orangtua menjadi jemu dan patah semangat.  Mundur saat hasil belum seperti yang diharapkan. Sayang sekali. Kumon juga memberikan hal lain selain kemampuan Matematika dan Bahasa Inggris, yaitu ketekunan. Bagaimana seorang anak akan berhasil dalam kehidupannya kelak, tidak hanya tergantung pada kemampuannya, melainkan juga karena ketekunannya. Berikan kesempatan bagi anak untuk melatih ini sejak awal, sehingga ia bisa menghadapi masa depannya dengan lebih baik.

Banyak orang gagal, bukan karena kurang mampu melainkan kurang tekun. Jadi tetaplah bertekun dalam membimbing anak melewati masa jemu dalam belajar. Never give up!

Baca Selengkapnya....

Wednesday, July 13, 2011

SEMUT KECIL

Film anak-anak sekarang banyak mengangkat tokoh binatang. Ada Nemo, Ants, Lion King, Ice Age dan banyak lagi. Semua menyampaikan inspirasi sekaligus pesan berharga bagi hidup manusia.

Kita bisa belajar dari apa yang dilakukan binatang-binatang tersebut. Semut kecil menunjukkan kecakapan mengantipasi dan membekali diri menghadapi musim dingin, pelanduk kecil memeragakan kesanggupan mencari tempat berlindung karena ia sadar tak punya pertahanan diri yang dapat diandalkan dan belalang kecil menunjukkan kedisiplinan untuk tahu “berbaris rapi” memimpin diri sediri tanpa dikomando. Mereka tahu mengendalikan diri.

Bukankah kita memerlukan semua kecakapan hidup seperti yang mereka tunjukkan? Guna menghadapi tantangan masa depan, kita harus tahu membekali diri. Untuk mengatipasi bahaya, kita haru menempa kesanggupan berjaga-jaga, tahu menjaga diri. Agar mampu menghindari atau mengurangi dampak negatif ketidaktertiban dan keteledoran, kita harus disiplin memimpin diri sendiri, tahu mengendalikan diri.

Begitu pula dengan anak-anak. Proses belajar di Kumon merupakan sebagian dari proses mempersiapkan diri menghadapi masa depan. Mereka belajar tekun, tidak mudah menyerah, disiplin, mandiri dan mengerjakan materi di atas tingkatan kelas agar tidak kesulitan dalam memahami pelajaran di sekolah. Semua kecakapan memerlukan latihan berulang-ulang sampai menjadi suatu kebiasaan yang baik. Dan ini adalah bekal yang bisa kita berikan kepada anak-anak kita sehingga mereka siap mempimpin diri sendiri menghadapi masa depannya.

Banyak hal dalam kehidupan ditentukan oleh kemampuan kita mengelola potensi diri. Bagi anak-anak, kita bisa membantunya dengan menggali potensinya secara maksimal.

Baca Selengkapnya....

Sunday, July 10, 2011

Batu atau Pasir?

Pernahkan Anda mencoba memadati ember plastik dengan batu dan pasir? Mana yang akan Anda masukkan lebih dahulu? Jika Anda memulai dengan mengisikan pasir, Anda akan segera kekurangan ruangan untuk memasukkan batu. Jika Anda memulai dengan mengisikan batu, Anda dapat memenuhi celah-celah di antaranya dengan pasir.


Seperti itulah penyusunan prioritas hidup. Jika kita mendahulukan hal-hal yang utama, kemungkinan besar kita masih memiliki waktu untuk hal-hal yang sekunder. Sebaliknya, jika waktu kita sudah tersita untuk hal-hal yang sekunder, tidak jarang hal yang utama malah tersisih.


Anak-anak seringkali mengatakan alasan “tidak ada waktu” saat PRnya tidak selesai. Tetapi bila ditelaah lebih lanjut, tidak semuanya benar-benar kehabisan waktu. Pernah satu kali saya dan siswa mencoba mengurai kesehariannya karena seringnya keluhan “tidak ada waktu” tersebut terucap. Dan ternyata, masih banyak waktu baginya (bila mau) menyelesaikan tugasnya. Bahkan masih lebih banyak waktu baginya untuk bermain atau menonton acara TV yag disukainya.


Belajar menyusun prioritas hidup perlu kita ajarkan pada anak-anak sejak dini, agar saat tingkatan kelas mereka semakin tinggi dan tugas sekolah semakin banyak, irama ini sudah tertanam dan menjadi kebiasaan yang baik bagi mereka. Bahkan ketika mereka dewasa kelak tidak kesulitan dengan banyaknya beban pekerjaan yang harus diselesaikan.


Mulailah dengan hal-hal sederhana, misalnya PR Kumon yang “hanya” butuh waktu 10 – 30 menit per hari, sesuai kemampuan anak. Dan kebiasaan ini akan berdampak bagus juga bagi tugas-tugas lainnya.


Salah seorang siswa Kumon, di status facebook-nya menuliskan kelegaannya setelah menyelesaikan tugas sekolahnya sebelum batas waktu yang ditentukan guru. Sementara, teman-temannya (yang memberikan komentar) masih jauh dari target selesai. Saya merasa ikut senang saat siswa ini menulis: “Kerjakan saja tiap hari, aku sih 2 lembar tiap hari”…suatu kebiasaan yang baik yang akan menjadi bekal hidupnya kelak.


Bagaimana juga dengan kita sebagai orangtua? Apakah kita sudah menyusun prioritas secara benar? Bila kita banyak disibukkan oleh hal-hal sekunder, saatnya kita menyusun ulang prioritas hidup sebelum menyesal karena kehilangan hal-hal yang penting dan berharga.

Baca Selengkapnya....
Kumon Candraloka on Facebook

discuss with student

discuss with student

Class of Kumon Candraloka

Class of Kumon Candraloka